Harnas.id, Jakarta – Polemik yang melibatkan Miftah Maulana atau Gus Miftah dan seorang penjual es teh bernama Sunhaji terus menjadi sorotan publik. Insiden ini bermula ketika Gus Miftah dianggap mengolok-olok Sunhaji dalam sebuah pengajian. Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Rahmat Hidayat Pulungan, dan Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, memberikan tanggapan yang berbeda terkait peristiwa ini.
Rahmat Hidayat Pulungan mengingatkan bahwa kader NU harus konsisten membela pihak yang lemah dan menegakkan prinsip kemanusiaan. Ia menegaskan bahwa meskipun Gus Miftah memiliki atribut sebagai tokoh agama dan pejabat negara, setiap kesalahan tetap harus diakui dan menjadi bahan introspeksi.
“Kita harus tegak lurus dengan prinsip kemanusiaan dan konsisten membela yang lemah. Kalau salah ya salah, kalau tidak pantas ya tidak boleh dibela. Mandat kita adalah mengingatkan, bukan membenarkan kesalahan,” ujar Rahmat dalam keterangannya.
Rahmat juga menekankan pentingnya menjaga nilai dan norma bangsa, terutama bagi tokoh yang menjadi panutan publik. Ia menegaskan bahwa memaafkan adalah kewajiban, namun kesalahan tetap harus diakui tanpa pembenaran.
“Soal pintar dan goblok itu subjektif. Banyak lulusan SD yang jadi konglomerat, sementara banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Jadi, berhati-hatilah dalam berbicara di ruang publik,” tambahnya.
Di sisi lain, Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, mengimbau agar polemik ini tidak diperpanjang. Menurut Addin, peristiwa tersebut hanyalah sebuah guyonan yang tidak perlu dibesar-besarkan, terutama karena Gus Miftah dan Sunhaji sudah bertemu dan saling memaafkan.
“Itu hanya guyon. Kita kenal Gus Miftah sebagai tokoh yang sering bergurau. Mereka sudah bertemu dan bermaafan, jadi polemik ini tidak perlu diperpanjang,” ujar Addin.
Addin juga menyoroti kontribusi Gus Miftah sebagai tokoh agama yang dikenal moderat dan mampu merangkul berbagai kalangan. Ia menilai insiden tersebut tidak mencerminkan keseluruhan kepribadian Gus Miftah yang selama ini bersikap baik terhadap semua lapisan masyarakat.
“Pertemuan antara Gus Miftah dan Sunhaji berlangsung dalam suasana santai dan hangat. Mereka berpelukan dan saling memaafkan. Jadi, tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan,” tutup Addin.
Chaerudin