
Harnas.id, Jakarta – Bank Mandiri kembali menegaskan posisinya sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional dengan capaian kinerja solid pada kuartal III tahun 2025. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, bank pelat merah berkode emiten BMRI ini berhasil mencatat pertumbuhan positif di hampir seluruh lini bisnis — mulai dari kredit, penghimpunan dana, hingga akselerasi transformasi digital.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini menjelaskan, keberhasilan tersebut merupakan bukti kuatnya fundamental perseroan dan efektivitas strategi bisnis yang dijalankan.
“Kami fokus menjaga pertumbuhan yang berkualitas dengan tata kelola risiko yang disiplin. Sinergi lintas segmen dan sektor menjadi kunci untuk memperkuat daya saing ekonomi nasional. Semangat kami selaras dengan tema HUT ke-27 Bank Mandiri, ‘Sinergi Majukan Negeri’,” ujar Novita, Senin (27/10/2025).
Hingga akhir September 2025, total aset konsolidasi Bank Mandiri tumbuh 10,3% YoY menjadi Rp2.563 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit mencapai Rp1.764,32 triliun atau tumbuh 11% YoY, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan nasional yang hanya mencatat pertumbuhan 7,7% YoY menurut data Bank Indonesia.
Kinerja ini menegaskan kemampuan intermediasi Bank Mandiri dalam mendorong pembiayaan produktif, terutama di sektor-sektor strategis seperti industri padat karya, ekspor, serta makanan dan minuman.
“Kredit di sektor ini memberikan multiplier effect terhadap lapangan kerja dan daya beli masyarakat,” tambah Novita.
Rasio kredit bermasalah (NPL gross) tetap terjaga di level 1,03%, dengan coverage ratio mencapai 271%, menandakan manajemen risiko yang sehat dan ekspansi yang terukur.
Sebagai bank milik negara, Bank Mandiri juga memperkuat sinergi dengan pemerintah dalam mendukung program percepatan ekonomi nasional. Hingga September 2025, perseroan telah menyalurkan 74% atau Rp40,7 triliun dari total penempatan dana Kementerian Keuangan sebesar Rp55 triliun, kepada lebih dari 24 ribu pelaku usaha di 15 sektor strategis.
Penyaluran tersebut difokuskan pada sektor berorientasi ekspor, padat karya, dan UMKM, sejalan dengan visi Asta Cita Presiden Prabowo untuk memperkuat ekonomi kerakyatan. Selain itu, Bank Mandiri juga aktif membiayai Program Strategis Nasional (PSN) seperti pembangunan infrastruktur, pembiayaan KPR FLPP, serta program inklusi keuangan desa dan koperasi.
Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri tumbuh 13% YoY menjadi Rp1.884 triliun, dengan dominasi CASA 69,3%. Peningkatan tersebut ditopang oleh lonjakan transaksi digital melalui Livin’ by Mandiri, Livin’ Merchant, dan Kopra by Mandiri.
Hingga akhir kuartal III 2025, Livin’ by Mandiri mencatat 35,1 juta pengguna aktif (naik 27% YoY) dengan nilai transaksi mencapai Rp3.220 triliun. Sementara Livin’ Merchant telah digunakan oleh 3 juta pelaku usaha, tumbuh 35% YoY, dan Kopra by Mandiri mencatat nilai transaksi Rp19.498 triliun, meningkat 20% YoY.
“Digitalisasi kini menjadi inti strategi pertumbuhan Bank Mandiri. Melalui sinergi tiga platform utama tersebut, kami memperkuat pertumbuhan dana murah sekaligus meningkatkan efisiensi biaya,” terang Novita.
Bank Mandiri juga terus memperkuat komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG)melalui tiga pilar utama: Sustainable Banking, Sustainable Operation, dan Sustainability Beyond Banking.
Portofolio pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp310,5 triliun atau naik 8,7% YoY, dengan porsi pembiayaan hijau sebesar Rp159 triliun (naik 12% YoY). Sementara pembiayaan sosial untuk sektor UMKM produktif mencapai Rp151 triliun.
Melalui berbagai program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) seperti Pasar Murah Mandiri, Mandiri Bakti Kesehatan, Aksi Bersih Mandiri, dan Mandiri Peduli Sekolah, lebih dari 60 ribu penerima manfaat telah terbantu di berbagai daerah.
“Keberlanjutan adalah bagian integral dari strategi bisnis kami. Setiap langkah Bank Mandiri harus memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,” tegas Novita.
Implementasi ESG Bank Mandiri pun mendapat pengakuan global, dengan skor Sustainalytics meningkat dari 27,6 (medium risk) pada 2024 menjadi 9,5 (negligible risk) pada September 2025 — terbaik di antara bank-bank besar nasional.

