BANDUNG, Harnas.id – Koordinator Pusdalops PB Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat Hadi Rahmat mengimbau warga untuk waspada akan potensi bencana alam yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem yang melanda sejumlah daerah memasuki awal tahun 2023 ini.
Adapun potensi bencana yang diakibatkan oleh cuaca ekstrem papar Hadi, yakni gelombang tinggi air laut, hujan lebat dengan intensitas tinggi yang dapat menyebabkan banjir dan angin kencang.
“Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada karena potensi bencana khususnya bencana hidrometeorologi masih mengancam, ditandai dengan peringatan dini dari BMKG yang masih menginformasikan potensi cuaca ekstrem dari akhir Desember 2022 kemarin sampai dengan awal Januari 2023,” kata Hadi dikutip dari Merdeka, Kamis (5/1/2023).
Lebih lanjut Hadi memaparkan, BPBD Jabar sendiri terusa berupaya melakukan peningkatan kapasitas ketangguhan anggotanya terhadap bencana agar mengurangi indeks risiko bencana. Salah satunya dengan mengetahui ancaman bencana yang ada di sekitar serta bagaimana mengantisipasinya. “Hal itu bisa melalui aplikasi inarisk personal,” ujarnya.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan pembersihan puing rumah terdampak gempabumi M 5.6 Cianjur dapat selesai dalam waktu 40 hari, sehingga pembangunan kembali rumah yang hancur dapat segera dilakukan.
Menurut Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, setelah pembersihan selesai, maka warga dapat membangun kembali rumahnya di lokasi yang sama atau insitu, khususnya bagi mereka yang telah mendapat rekomendasi untuk tidak harus direlokasi.
“Sekarang yang sudah dibersihkan hampir seribu rumah. Nanti begitu sudah bersih, secara paralel akan dibangun kembali rumah-rumah yang tidak relokasi. Yang insitu, yang tidak harus pindah. Sampai hari ini, Rabu (4/1/2023), sudah ada lebih dari seribu rumah yang telah dibersihkan,” ucap Suharyanto, Rabu (5/1/2023).
Suharyanto mengatakan, dalam proses pembersihan puing hingga pembangunan rumah kembali, pemerintah telah membentuk satgas khusus yang terdiri dari unsur TNI, Polri, Kementerian PUPR dan lembaga terkait lainnya berjumlah 2.500 personel.
Sampai hari ini, seluruh personel itu terus membantu masyarakat membersihkan puing. “Akan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dibantu TNI, Polri. Sudah ada satgas berjumlah 2.500 orang. Tiap hari membantu masyarakat membersihkan puing,” ujarnya.
Selain personel, pemerintah juga telah mengerahkan lebih dari 40 alat berat untuk mempercepat proses pembersihan puing di 16 kecamatan. Hal itu dilakukan karena pembersihan puing rumah dan bangunan yang hancur tidak dapat dilakukan tanpa alat berat.
Suharyanto juga menjelaskan bahwa pemerintah saat ini tengah menggarap pembangunan Hunian Tetap (Huntap) di dua titik, yakni di Desa Sirnagalih dan Desa Murnisari. Dua lokasi relokasi itu diperuntukkan bagi warga yang memang mendapat rekomendasi harus direlokasi.
Adapun Huntap Relokasi Tahap I di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, dibangun dengan masterplan 200 unit. Progres per tanggal 3 Januari 2023 ada 188 unit lokasi siap bangun, 164 unit RISHA terinstal lengkap, 164 unit tertutup atap dan 91 unit selesai 100 persen.
Sementara itu Pemerintah juga membangun Huntap Relokasi Tahap II di Desa Murnisari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, dengan masterplan 151 unit. Progres hingga hari ini sudah ada 43 unit lokasi siap bangun, 14 unit RISHA terinstal lengkap dan 4 unit tertutup atap.
Dalam menentukan wilayah insitu dan wilayah mana yang harus direlokasi, pemerintah telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam kaitan pemetaan zona kerawanan bencana gempabumi.
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah episentrum gempabumi atau daerah patahan yang dapat berpotensi memicu gempabumi, maka tidak boleh membangun kembali rumah di wilayah itu dan harus relokasi. Namun apabila wilayah masih aman dari potensi risiko dampak gempabumi, maka akan diperbolehkan membangun kembali di lokasi yang sama. (pb*)