Disdik Larang Permainan Lato-Lato Dibawa ke Sekolah

Foto: Istimewa

JAKARTA, Harnas.id – Permainan lato-lato semakin mewabah di Indonesia, bukan saja diperkotaan bahkan sampai ke daerah pelosok. Yang memainkannya juga beragam usia dan pendidikan, tapi usia pelajar lebih mayoritas menyukai permainan ini.

Karena permainan dinilai dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar, membuat Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Biak Numfor, Papua, melarang siswa bermain dan membawa lato-lato di sekolah.

“Semua siswa sekolah SD sampai SMA/SMK untuk tidak membawa lato-lato di lingkungan sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Biak Numfor Kamaruddin di Biak.

Dia berharap agar para guru, jika mendapatkan siswa bermain lato-lato maka dapat menertibkan sesuai kewenangan sehingga tak mengganggu jam pelajaran siswa di sekolah.

Diakui Kamaruddin, para guru-guru dan kepala sekolah bisa meningkatkan pengawasan langsung kepada para siswa yang berada di lingkungan sekolah masing-masing.

“Saya meminta dewan guru dan kepsek memperhatikan kegiatan belajar mengajar siswa tetap diutamakan di sekolah,” imbuh mantan Kabag Kesra Pemkab Biak Numfor.

Lato-lato merupakan permainan tradisional yang juga ditemukan di Indonesia, pasalnya permainan ini berasal dari Amerika Serikat sudah lebih dulu digandrungi masyarakat pada 1960-an lalu mulai populer tahun 1970-an.

Di Indonesia sendiri, permainan lato-lato mulai makin populer pada tahun 1990-an dan terkenal dengan sebutan lato-lato atau nok-nok. Sedangkan untuk permainan lato-lato dalam bahasa Inggris disebut dengan clackers.

Pada awal kemunculannya, lato-lato terbuat dari material kaca dan cara bermainnya dianggap berbahaya. Hingga kemudian, material pembuatan lato-lato diganti menjadi berbahan plastik. (PB/Ant/*)