TOKYO, Harnas.id – Menteri Kesehatan Katsunobu Kato mengemukakan data mengejutkan, dimana telah terjadi 1.149.985 kasus tambahan COVID-19 dalam sepekan terakhir di Jepang. Jumlah ini naik 103.565 kasus dari pekan lalu.
Jumlah keseluruhan kasus COVID-19 di Jepang, termasuk kasus pada penumpang dan awak kapal-kapal pesiar asing, mencapai 28.292.540 hingga Senin pukul 10.00 waktu setempat. “Jumlah kasus dan tingkat hunian rumah sakit (untuk pasien virus korona-red) meningkat secara nasional,” kata Kato, dilasir Japan Times.
Berdasarkan prefektur, Tokyo mencatat kasus COVID-19 mingguan terbanyak dengan 119.934 kasus, disusul Aichi (73.321), Kanagawa (71.467), Osaka (69.661) dan Saitama (61.690).
Sementara itu, total angka kematian COVID-19 di Jepang bertambah 2.052 dari sepekan sebelumnya menjadi 55.593.
“Untuk melindungi pasien dan anak-anak yang berisiko tinggi, saya meminta orang-orang untuk kembali menggunakan alat tes mandiri untuk COVID-19 dan pusat kesehatan mendukung pasien virus corona yang tinggal di rumah,” lanjutnya.
Sedangkan, Quick, sebuah perusahaan data keuangan, memperkirakan minggu lalu bahwa kasus Tokyo akan memuncak pada minggu pertama Januari dengan rata-rata bergulir mingguan berkisar antara 20.000 dan 27.000. Rata-rata hingga Ahad adalah 17.133,4.
Pemerintah Jepang sendiri telah mendesak hanya mereka yang memiliki risiko lebih tinggi menderita gejala parah, mereka yang berusia 65 tahun ke atas, mereka yang duduk di sekolah dasar dan lebih muda (biasanya 12 tahun ke bawah), mereka yang hamil dan mereka yang memiliki penyakit yang mendasarinya untuk pergi ke dokter ketika mereka demam. Yang lain diminta untuk menggunakan alat tes mandiri, dan kemudian memulihkan diri di rumah jika dinyatakan positif COVID-19.
Kebijakan tersebut merupakan bagian dari upayanya untuk mempersiapkan kemungkinan skenario “twindemic” musim dingin ini, di mana hingga 750.000 orang per hari dapat terinfeksi virus corona atau flu, yang membebani sistem perawatan kesehatan.
Dibandingkan dengan virus corona, flu masih belum lazim dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum pandemi, tetapi perlahan mulai menyebar. Kasus mulai meningkat, dengan lima prefektur, Tokyo, Iwate, Toyama, Aomori, dan Kumamoto melaporkan satu kasus atau lebih per klinik yang ditunjuk, ambang batas yang mengindikasikan penyebaran flu.
Sementara itu, Otoritas kesehatan di China tidak lagi menyiarkan data terbaru kasus Covid-19. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) China akan merilis berbagai hal terkait Covid-19 untuk kepentingan penelitian dan pengayaan referensi. Demikian disampaikan Komisi Kesehatan Nasional China (NHC).
Diketahui sebelumnya, rapat internal Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) dan pejabat kesehatan lain pada Rabu (21/12/2022), bocor ke publik. Dalam rapat itu diketahui, sebanyak 250 juta penduduk di China diduga terinfeksi Covid-19 selama Desember 2022.
Dalam rapat internal tersebut, Wakil Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) Sun Yang, melaporkan sekitar 37 juta penduduk Negeri Tirai Bambu terinfeksi Covid-19 pada Selasa (20/12/2022).
Sun juga mengatakan tingkat penyebaran Covid-19 di China akan terus meningkat. Selain itu, ia memperkirakan lebih dari setengah populasi di Beijing dan Sichuan telah terpapar. Sepanjang 20 hari pertama di bulan Desember, NHC juga melaporkan hanya 62.592 kasus Covid-19 bergejala di China.
Sementara itu, pejabat kesehatan senior China mengatakan setengah juta orang di satu kota terinfeksi Covid-19 dalam sehari. Dilansir dari AFP, sebuah outlet berita yang dioperasikan oleh Partai Komunis di kota Qingdao pada hari Jumat (23/12/2022) melaporkan bahwa kepala kesehatan mengatakan ada 490 ribu hingga 530 ribu kasus baru yang tercatat di kota tersebut dalam sehari. (PB/*)