MOSCOW, Harnas.id – Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev memperingatkan dunia menuju Perang Dunia III dan bencana nuklir. Menurutnya, itu akan terjadi jika negaranya tidak mendapatkan jaminan keamanan.
Peringatan itu disampaikan mantan Presiden Rusia tersebut dalam artikel panjang di surat kabar Rossiyskaya Gazeta dalam artikel yang diterbitkan pada Minggu malam, yang dilansir Russia Today, Senin (26/12/2022).
“Satu-satunya hal yang menghentikan musuh kita hari ini adalah pemahaman bahwa Rusia akan dipandu oleh [doktrin] tentang pencegahan nuklir. Dan jika ada ancaman nyata, kami akan bertindak. Dalam skenario yang suram seperti itu tidak akan ada yang tersisa untuk memperdebatkan apakah itu serangan balasan atau pencegahan,” tegas Medvedev.
Desember lalu, Rusia mengajukan daftar proposal keamanan kepada AS dan NATO. Daftar tuntutan itu antara lain mendesak Barat untuk memberlakukan larangan Ukraina memasuki blok militer NATO, sambil bersikeras bahwa pasukan NATO harus mundur ke perbatasannya tahun 1997.
“Oleh karena itu, dunia Barat menyeimbangkan antara keinginan membara untuk mempermalukan, memotong-motong, dan menghancurkan Rusia secara maksimal, di satu sisi, dan keinginan untuk menghindari kiamat nuklir, di sisi lain,” paparnya.
“Jika Rusia tidak menerima jaminan keamanan yang dimintanya, dunia akan terus terhuyung-huyung ke ambang Perang Dunia III dan bencana nuklir. Moskow melakukan segala yang kami bisa untuk mencegahnya. Apakah Barat siap, melalui proksi Kiev, untuk melancarkan perang besar-besaran melawan kami, termasuk perang nuklir?” tanya Medvedev.
AS dan NATO dengan tegas menolak proposal itu, dengan mengatakan bahwa mereka hanya akan tertarik pada pembicaraan pengendalian senjata strategis yang terbatas.
“Itu menjadi jelas bahwa Moskow tidak memiliki siapa pun untuk dibicarakan dan tidak ada yang dapat dinegosiasikan dengan Barat,” papar Medvedev.
Dia mengeklaim bahwa pada bulan Februari ketika Ukraina mengumumkan keinginan mereka untuk menghidupkan kembali persenjataan nuklirnya, Moskow tidak punya pilihan lain selain bertindak.
“Dunia kita telah berubah, selamanya. Dan pertanyaan utamanya tetap…masa depan seperti apa yang dimulai hari ini?. Perjanjian pelucutan senjata baru saat ini tidak realistis dan tidak perlu. Semakin cepat jaminan keamanan maksimum yang sesuai dengan negara kita diterima, semakin cepat situasinya menjadi normal,” tegasnya.
Sementara itu, Presiden Vladimir Putin mengecam Barat karena mencoba mengobrak-abrik Rusia. Itu disampaikannya dalam wawancara yang disiarkan di televisi nasional pada Minggu malam.
“Inti dari semua ini adalah kebijakan lawan geopolitik kita yang bertujuan untuk mengobrak-abrik Rusia, sejarah Rusia. Mereka selalu berusaha untuk memecah dan menaklukkan…Tujuan kami adalah sesuatu yang lain—untuk mempersatukan rakyat Rusia,” katanya lagi, yang dilansir AFP, Senin (26/12/2022).
Putin telah menggunakan konsep “Rusia bersejarah” untuk menyatakan bahwa orang Ukraina dan Rusia adalah satu bangsa—merongrong kedaulatan Kiev dan membenarkan serangan 10 bulannya di Ukraina.
“Kami bertindak ke arah yang benar, kami melindungi kepentingan nasional kami, kepentingan warga negara kami, rakyat kami,” tandas Putin. (PB/*)