HARNAS.ID – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar sejumlah pelatihan dalam perawatan mesin kapal perikanan. Tujuannya, antara lain mengurangi tingkat kecelakaan kapal nelayan yang sedang melaut di berbagai kawasan perairan nasional.
Menurut Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM KKP) Sjarief Widjaja, salah satu faktor keberhasilan nelayan dalam operasi penangkapan ikan, yakni terjaminnya keamanan armada penangkapan yang ditunjang dengan mesin kapal.
Namun, menurut dia, sering kali para nelayan mengalami kendala saat di atas kapal, salah satunya kurangnya perhatian nelayan dalam merawat dan menjaga mesin kapal secara mandiri.
“Banyaknya kecelakaan kapal akibat kurangnya perhatian nelayan dalam melakukan perawatan juga perlu diperhatikan,” katanya, Senin (28/6/2021).
Sjarief menyatakan guna menghindari hal tersebut, keterampilan nelayan dalam merawat dan menjaga mesin kapal secara mandiri perlu untuk terus ditingkatkan.
Dengan demikian, lanjutnya, maka tingkat keamanan dalam penangkapan ikan juga dapat lebih terjamin ke depannya.
BRSDM KKP telah menggelar Pelatihan Perawatan Mesin Kapal Perikanan di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur pada 24-25 Juni 2021.
Difasilitasi Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Bitung, kegiatan pelatihan yang dilakukan secara blended online ini diikuti 100 orang meliputi pelaku utama khususnya para nelayan dengan didampingi para pelatih dari bidang mesin perikanan.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilia Pregiwati mengatakan pelatihan ini bermanfaat untuk menekan biaya operasional nelayan.
Dengan perawatan mandiri, ujar dia, nelayan tak perlu lagi mengeluarkan biaya bengkel. Selain itu, perawatan mesin yang rutin dapat memperpanjang umur mesin.
Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mencatat dalam kurun Desember 2020-Juni 2021, tercatat 83 nelayan hilang di laut akibat musibah dan kecelakaan laut. Sementara, periode sama, ada 42 kali insiden kecelakaan perahu nelayan atau kapal ikan di perairan Indonesia.
“Dari 42 insiden tersebut, kami mencatat 142 orang korban dengan rincian 83 hilang, 14 meninggal dan 42 selamat. Rata-rata dalam satu bulan ada tujuh kejadian dialami nelayan dan pasti memakan korban,” kata Koordinator DFW Indonesia Moh Abdi Suhufan.
Dia juga mengungkapkan, mayoritas kecelakaan tersebut dialami oleh perahu nelayan yang berukuran di bawah 10 GT (gross tonnage).
Untuk itu, ujar Abdi, kementerian teknis seperti KKP dan Kementerian Perhubungan perlu meningkatkan strategi perlindungan nelayan kecil agar mengurangi jatuhnya korban nelayan yang sedang mencari nafkah di tengah laut.
Selain itu, program asuransi nelayan yang dijalankan KKP perlu menjangkau nelayan di daerah terpencil dan perlu inovasi pelayanan sebab selama ini sulit diakses.
Editor: Ridwan Maulana