Pemerintah Targetkan Penurunan Kematian Balita Akibat Pneumonia 70%

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono pada Puncak Hari Pneumonia Sedunia/Foto: Kemenkes

Harnas.id, Jakarta – Pneumonia sering dianggap sebagai “pembunuh senyap” karena dampaknya yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas hingga kematian, terutama pada anak-anak.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap penyakit ini, terutama pada Puncak Hari Pneumonia Sedunia yang diperingati pada Senin (18/11/2024).

“Setiap 43 detik, pneumonia menyebabkan kematian. Ini berarti sekitar 700 ribu anak meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia, padahal penyakit ini sebenarnya bisa dicegah,” kata Dante.

Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur yang menyerang saluran pernapasan.

Pada balita, gejala pneumonia yang paling sering muncul antara lain batuk, kesulitan bernapas, dan tarikan dinding dada bagian bawah saat bernapas, yang merupakan tanda pneumonia berat. Selain itu, paparan asap rokok juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko pneumonia pada anak-anak.

Dante mengingatkan para orang tua yang masih merokok untuk menyadari bahwa kebiasaan tersebut tidak hanya membahayakan kesehatan mereka sendiri, tetapi juga memperburuk kondisi paru-paru anak-anak.

“Anak-anak yang tinggal di lingkungan perokok lebih mudah terkena pneumonia dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya tidak merokok,” tegas Dante.

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Yudhi Pramono, menyampaikan bahwa pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita di Indonesia.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 mencatat pneumonia menyebabkan 740.000 kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, atau sekitar 14 persen dari total kematian balita di seluruh dunia.

“Ini menunjukkan bahwa pneumonia adalah ancaman nyata bagi kesehatan anak-anak,” ujar Yudhi.

Berdasarkan data BPJS Kesehatan tahun 2023, pneumonia tercatat sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, mencapai Rp8,7 triliun, mengalahkan penyakit lain seperti tuberkulosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung pencapaian tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya dalam memastikan kehidupan sehat bagi semua usia.

Dalam hal ini, Dante mengatakan pemerintah menargetkan penurunan angka kematian balita akibat pneumonia serta pengurangan insiden pneumonia pada balita hingga 70 persen secara nasional.

Hari Pneumonia Sedunia, yang diperingati setiap 12 November, menjadi momentum penting untuk melindungi anak-anak dari pneumonia dan melawan penyakit ini. Sebagai bagian dari transformasi kesehatan, khususnya dalam layanan kesehatan primer, pemerintah terus berupaya mencegah pneumonia melalui berbagai langkah pencegahan.

“Upaya pencegahan dilakukan dengan vaksinasi, menjaga lingkungan tetap sehat, serta memastikan anak-anak mendapatkan kualitas gizi yang baik, seperti memberikan ASI eksklusif dan menyediakan nutrisi yang tepat untuk mendukung tumbuh kembang anak,” tambah Dante.

Editor : Edwin S