Harnas.id, BOGOR – Universitas Djuanda (UNIDA) kembali menegaskan perannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kolaborasi global melalui penyelenggaraan The 9th Djuanda International Conference on Applied Science (DICAS) dan The 9th Djuanda International Conference on Social Science (DICSS) 2025. Konferensi internasional ini akan digelar secara hybrid pada Senin (22/12/2025), bertempat di Aula Gedung C Kampus UNIDA, Bogor, Indonesia.
Mengusung tema “Converging Knowledge for a Sustainable Future: Leading Transformative Change through Interdisciplinary Innovation”, konferensi ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Nusantara atau Deklarasi Djuanda. Kegiatan tersebut menjadi forum strategis bagi akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan dari berbagai negara untuk berbagi gagasan, hasil riset, serta inovasi lintas disiplin dalam merespons tantangan pembangunan berkelanjutan.
Ketua Pelaksana kegiatan, Dr. Radif Khotamir Rusli, M.Ed, dalam laporannya menyampaikan bahwa tema konferensi mencerminkan komitmen bersama dalam menjawab kompleksitas persoalan global yang semakin dinamis.
“Diskusi ini dirancang untuk mempertemukan gagasan lintas disiplin dalam merespons isu-isu global yang strategis,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa ruang lingkup dan subtema DICAS dan DICSS 2025 meliputi transformasi digital dan teknologi hijau, inovasi biosains untuk ketahanan pangan dan resiliensi iklim, kecerdasan buatan serta data sains dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), kewirausahaan sosial dan tata kelola inovatif, pendidikan kewargaan global dan komunikasi publik, hingga kajian hukum dan kebijakan publik dalam pembangunan berkelanjutan.
Konferensi ini dibuka dengan welcome speech oleh Chancellor UNIDA Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya menghidupkan kembali semangat Deklarasi Djuanda 1957 sebagai fondasi utama dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia.
“Deklarasi Djuanda merupakan tonggak penting dalam membangun kedaulatan kelautan Indonesia, sebuah warisan yang bergema jauh melampaui kepulauan kita. Saat ini, ketika Indonesia menghadapi tantangan yang saling terkait seperti degradasi lingkungan dan perebutan wilayah laut, kearifan dalam deklarasi ini menjadi panduan universal,” ungkapnya.
Ia memaparkan bahwa pengakuan internasional terhadap konsep negara kepulauan telah memperluas wilayah kedaulatan Indonesia secara signifikan, dari sebelumnya hanya wilayah daratan menjadi gabungan darat dan laut. Hal tersebut menempatkan laut sebagai aset strategis yang menentukan masa depan bangsa.
Namun demikian, Prof. Martin juga mengingatkan adanya ancaman serius terhadap amanat Deklarasi Djuanda, salah satunya fenomena ocean grabbing atau perampasan ruang laut dan sumber daya pesisir oleh aktor bermodal besar dan berkekuatan politik, yang berpotensi meminggirkan masyarakat lokal dari ruang hidupnya.
Konferensi ini menghadirkan sejumlah pembicara internasional, baik secara langsung maupun daring, di antaranya Prof. Dr. Naim Demirel (Recep Tayyip Erdoğan Üniversitesi, Turki), Prof. Dr. Ravinder Rena (Woxsen University, India), Prof. Dr. Dimitrios Maditinos (Democritus University of Thrace, Yunani), Prof. Dr. Necmettin Marasli(Istanbul Gelisim Üniversitesi, Turki), Prof. Dr. Nurrul Hilal bin Md. Dahlan (Universiti Utara Malaysia), Prof. Dr. Eng. Asep Bayu Dani Nandiyanto (UPI & Hiroshima University, Jepang), Assoc. Prof. Dr. Abdulkareem Sh. Mahdi Al-Obaidi (Iraq & Taylor’s University Malaysia), serta Assoc. Prof. Dr. Yudi Wahyudin, S.Pi., M.Si (Universitas Djuanda).
Selain sebagai forum ilmiah internasional, DICAS dan DICSS 2025 juga membuka peluang publikasi karya ilmiah pada sejumlah jurnal bereputasi, di antaranya Journal of Engineering Science and Technology (JESTEC) terindeks Scopus Q3, Indonesian Journal of Applied Research (IJAR) terakreditasi Sinta 2, serta Indonesian Journal of Social Research (IJSR) terakreditasi Sinta 2.
Editor: IJS











