HARNAS.ID – Internet menjadi hal yang tidak bisa ditampik saat ini. Dalam perkembangannya, internet menjadikan hal yang semula tidak mungkin menjadi mungkin. Dengan adanya internet pun perkembangan game online sangat pesat saat ini. Di satu sisi, game online bisa menjadi hal yang bermanfaat, namun di sisi lain game online juga dianggap ‘membahayakan’ generasi muda.
Dalam sebuah buku berjudul Kecanduan Game Online Hasil Telaah Penelitian I hasil karya peneliti UI yaitu Devie Rachmawati, Deddy Mulayan dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar, diulas mengenai perkembangan game online serta dampak yang diakibatkan. Game online juga perlu diwaspadai karena bisa menyebabkan kecanduan.
Anak laki-laki menjadi lebih rentan kecanduan game online dibanding anak perempuan. “Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pola kecanduan yang dialami oleh anak laki-laki dengan usia yang lebih tua, didorong oleh rendahnya rasa puas terhadap kehidupan mereka. Dengan bermain game, mereka merasa memiliki prestasi yang tidak dimiliki di kehidupan nyata. Menurut Ko Chen, Chen dan Yen (2005) hal yang saa tidak berlaku untuk anak perempuan,” papar Devie, salah satu penulis.
Kecanduan game online dapat dipengaruhi beberapa hal. Misalnya, harga ponsel yang semakin terjangkau, teknologi semakin maju, akses internet semakin luas dan murah. Kemudian game online bisa dimainkan kapan dan dimana saja serta banyaknya variasi game online saat ini juga menjadi pemicu terjadinya kecanduan.
“Jika anak-anak mengharapkan lebih banyak keuntungan dari internet, mereka akan menghabiskan lebih banyak waktu menggunakan internet sehingga berpotensi kecanduan internet,” tambah Deddy, penulis lainnya.
Orang tua perlu menyadari beberapa gejala kecanduan game online pada anak, misalnya terjadinya kehilangan minat untuk melakukan hobi atau kegiatan hiburan yang lain. Kemudian, gagal mengendalikan keinginan untuk bermain game online karena pikirannya terus fokus pada game online.
Mereka yang kecanduan game online juga merasa perlu untuk selalu menambah waktu bermain serta terus bermain walaupun sudah menyadari ada masalah dengan kebiasaan tersebut.
“Bisa jadi mereka berbohong mengenai kebiasaan bermain game online. Misalnya, terkait durasi atau frekuensi. Mereka akan merasa cemas, tidak tenang dan sedih ketika tidak bermain game online. Hubungan dengan orang lain dan pekerjaan atau pendidikannya juga terbengkalai,” ungkap Boy Rafli Amar.
Memahami gejala kecanduan game online menjadi hal wajib bagi para orang tua di era digital ini. Buku ini sangat bermanfaat di tengah maraknya game onlie, memberi kajian yang membahas seputar isu game online, serta dampaknya terhadap seseorang secara komprehensif. Kontennya edukatif dan disampaikan secara menarik sehingga mudah dipahami.
“Penting dibaca, terutama bagi para orang tua, agar kita bisa mengenali dan meminimalisasi dampak kecanduan game online pada anak-anak yang mungkin tidak pernah disadari sebelumnya,” kata produser film, Sheila Timothy.
Buku ini memberikan pemahaman yang sangat bisa dimengerti dengan mudah bagi pembacanya. Hasil penelitian yang dituangkan dalam buku ini bisa memberikan pemahaman baru terhadap sebuah perubahan yang terjadi.
“Telaah hasil penelitian dikupas dengan mencari kelemahan untuk mendapatkan solusi terbaik sehingga ada pemahaman baru terhadap sebuah perubahan yang terjadi. Dalam hal kecanduan game online, buku ini memberikan pemahaman baru dan menjadi penting bagi pelaku serta orang-orang di sekitarnya untuk mendapat panduan dalam menghadapi fenomena game online yang akan selalu berkembang di era perubahan ini,” kata aktor, produser dan presenter Darius Sinathrya.
Komedian, sutradara, penulis dan aktor Ernest Prakasa menuturkan, buku ini ditulis dengan penuh ketekunan mendalam dari para peneliti dan penulis sehingga pembaca menjadi paham akan fenomena era perubahan yang begitu dinamis. Dimana pergeseran nilai dan kebiasaan tersebut bisa jadi menimbulkan kebingungan dan tidak selalu bisa diterima atau diaplikasikan dalam kehidupan setiap individu maupun kelompok dalam satu pandangan yang seragam.
Editor: Sidharta Aria Agung