BOGOR, Harnas.id – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat menggelar rekonsiliasi dan penguatan pencegahan penurunan stunting.
Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan dan Keluarga Berencana (Dalduk-KB) Kota Bogor, Rachmawati menyebut berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bogor angka lama sekolah Kota Bogor masih di kelas 10,5 tahun atau di kelas 10 SMA. Ini berarti masih banyak anak-anak Kota Bogor yang putus sekolah.
“Rekonsiliasi ini untuk melihat apa saja kegiatan yang sudah dilakukan Kota Bogor. Sebab, ada banyak tahapan pelaksanaan dalam kegiatan percepatan penurunan stunting,” ujar Rachmawati kepada wartawan, Kamis (13/10/2022).
Menurutnya, sejauh ini Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sudah membentuk tim Audit Kasus Stunting (AKS), melakukan identifikasi dan verifikasi data sasaran AKS, seleksi kasus sasaran calon AKS.
“Dari hasil seleksi kasus sasaran calon AKS didapatkan sebanyak 17 Bumil (ibu hamil), 11 Bupas (ibu masa nifas), 12 Baduta (bayi dibawah dua tahun) dan tiga Catin (calon pengantin) yang berisiko stunting,” jelasnya.
Rachmawati juga menuturkan, bahwa BKKBN melalui Dalduk-KB di kabupaten/kota memiliki tugas yang fokus kepada pencegahan bagi orang-orang yang berisiko stunting agar tidak sampai mengalami stunting dan tidak ada penambahan stunting atau lebih kepada preventif. Sementara yang sudah stunting penanganan di Dinas Kesehatan (Dinkes).
“Kalau kami pencegahan itu mulai dari calon pengantin, ibu hamil, ibu pada masa nifas sampai bayi dibawah dua tahun, kami memberikan edukasi dan pemberian susu kepada yang berisiko stunting,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim mengatakan, persoalan stunting tidak hanya soal kesehatan saja, akan teapi juga ada kaitannya dengan pendidikan.
Sebeb, kata Dedie putus sekolah memicu anak-anak menikah muda yang akan berdampak pada kelahiran bayi stunting karena ibunya kekurangan gizi.
“Jadi urusan stunting ini bukan menurunkan angka saja, tapi bagaimana merubah mindset masyarakat serta membuat langkah dan strategi yang cocok mulai dari pendidikan dan kesehatannya,” tuntasnya. (B. Supriyadi)