BANDUNG, Harnas.id – Bonus demografi menjadi salah satu penyebab menurunnya angka kematian bayi di Jawa Barat secara signifikan. Menariknya lagi, dari data yang disodorkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tersebut menjadi yang paling tinggi sejak 50 tahun terakhir.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Nina Susana Dewi mengatakan, ada beberapa fakto penyebab menurunnya angka tersebut, diantaranya peningkatan kesadaran masyarakat melalui berbagai media edukasi telah memberikan dampak terhadap penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi).
Edukasi tersebut diklaimnya secara tidak langsung membuat orang tua semakin sadar memeriksakan kehamilannya secara rutin (minimal enam kali selama kehamilan), termasuk pemeriksaan kesehatan bayi pasca lahir.
“Selain itu, juga ditunjang dengan peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak baik di Fasyankes Primer maupun rujukan, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, perbaikan dan pemenuhan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas surveilans kesehatan ibu dan anak,” kata Nina, Rabu (1/2/2023).
Lebih lanjut, Nina melanjutkan, angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah kematian yang terjadi pada penduduk yang berumur 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Dalam rentang 50 tahun (periode 1971-2022), di Jabar turun 90 persen.
“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, selama satu dekade terakhir, angka kematian bayi turun dari 26 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 13,56 per 1.000 kelahiran hidup,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Tim Statistik Sosial BPS Jabar, Isti Larasati Widiastuty mengatakan, selama periode satu dekade bonus demografi yang dialami Jabar, angka kematian bayi turun dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2010 menjadi 13,56 per 1.000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020.
AKB menurun signifikan dari 26 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 13,56 per 1.000 kelahiran hidup selama satu dekade terakhir. “Angka kematian maternal atau angka kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh,dan lain lain,” sebut Isti.
Dipaparkan Isti lagi, hasil Long Form SP2020 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Barat sebesar 187 yang artinya terdapat 187 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas dari 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan, Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah kematian yang terjadi pada penduduk yang berumur 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Dalam rentang lima puluh tahun (periode 1971-2022), penurunan AKB di Jawa Barat mencapai 90 persen.
“Selama periode satu dekade bonus demografi yang dialami Jawa Barat, AKB menurun signifikan dari 26 per 1.000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2010 menjadi 13,56 per 1.000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020,” bebernya.
Isti juga mengatakan, turunnya AKB di Jabar karena semakin sadarnya orang tua untuk memberikan imunisasi kepada balita dan memberikan ASI saat tumbuh kembang bayi. “Peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap, peningkatan rata-rata lama pemberian ASI, perbaikan sarana dan prasarana kesehatan serta meningkatnya kualitas hidup perempuan Jawa Barat berdampak pada anak yang baru lahir semakin mampu bertahan hidup,” jelasnya.
Child Mortality Rate (Angka Kematian Anak 1-4 tahun) sebesar 2,35 artinya terdapat sekitar 2-3 kematian anak umur 1-4 tahun selama satu tahun diantara 1.000 kelahiran hidup. “Under 5 Mortality Rate (Angka Kematian Balita) sebesar 15,91 artinya Setiap 1.000 balita di Jawa Barat, 15-16 diantaranya tidak berhasil mencapai umur tepat lima tahun,” tandasnya. (PB/*)