Harnas.id – Tahun 2025 akan menjadi tahun yang menentukan bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sejak menjabat kembali, Netanyahu telah menjalankan kebijakan yang sangat ambisius, dengan fokus pada memperketat kendali Israel atas Gaza dan meminimalisir ancaman dari Iran. Salah satu pencapaian terbesar yang telah mengubah lanskap politik di Timur Tengah adalah runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah, tersingkirnya pemimpin-pemimpin tinggi Hamas dan Hizbullah, serta hancurnya struktur militer yang telah dibangun oleh Iran selama puluhan tahun. Kemenangan ini menjadi langkah signifikan dalam memperkuat posisi Israel di kawasan.
Runtuhnya Assad: Terlepasnya Kekuatan Iran di Suriah
Bashar al-Assad telah lama menjadi sekutu utama Iran di Suriah, dan runtuhnya rezimnya menandai hilangnya salah satu kekuatan utama yang mendukung ekspansi pengaruh Iran di Timur Tengah. Kejatuhan Assad memutuskan jalur pasokan vital yang selama ini diberikan oleh Suriah kepada Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina. Tanpa Suriah, aliansi yang telah dibangun oleh Teheran selama bertahun-tahun runtuh, dan Israel kini mengambil posisi dominan di kawasan.
Tersingkirnya Pemimpin Hamas dan Hizbullah
Selain runtuhnya Assad, Netanyahu juga berhasil menghancurkan struktur komando Hamas di Palestina dan Hizbullah di Lebanon. Kedua kelompok ini telah menjadi musuh utama Israel selama beberapa dekade. Tersingkirnya para pemimpin senior Hamas dan Hizbullah, serta hancurnya struktur militer mereka, memberikan Israel keuntungan strategis yang besar. Ketidakmampuan kedua kelompok ini untuk merespons dengan cepat terhadap tekanan Israel menandakan bahwa posisi mereka di kawasan semakin melemah.
Pengaruh Israel di Kawasan: Langkah Strategis Netanyahu
Dengan melemahnya pengaruh Iran di kawasan, Netanyahu kini memiliki peluang untuk memperkuat tujuannya dalam menghadapi ancaman nuklir yang terus berkembang. Salah satu prioritas utama Israel adalah menargetkan ambisi nuklir Iran yang semakin berkembang, serta menghambat kemampuan Iran untuk mengembangkan program rudal yang dapat mengancam Israel. Netanyahu percaya bahwa dengan melemahnya aliansi Iran, ia dapat menghalangi ambisi tersebut sebelum terlambat.
Potensi Serangan Israel terhadap Iran
Menurut pengamat Timur Tengah, Iran berada di bawah tekanan yang sangat besar terkait program nuklirnya. Negara ini menghadapi pilihan sulit: apakah melanjutkan pengayaan nuklir atau mencari jalan keluar dengan mengurangi aktivitas atomnya dan membuka pintu negosiasi. Beberapa analis berpendapat bahwa Netanyahu, bersama dengan mantan Presiden AS Donald Trump, kemungkinan akan melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran jika negara tersebut tidak mundur dari ambisi nuklirnya.
Keputusan Gencatan Senjata dan Tantangan Pascaperang Gaza
Sementara ketegangan di Gaza terus berkobar, Netanyahu diperkirakan akan menyetujui perjanjian gencatan senjata pada akhir tahun 2024. Perjanjian ini diharapkan dapat mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 14 bulan, dengan harapan dapat membebaskan sandera Israel yang masih ditahan oleh Hamas. Namun, meskipun perang ini kemungkinan akan berakhir dengan gencatan senjata, tantangan besar tetap ada, yaitu masa depan Gaza yang tetap berada di bawah kendali militer Israel.
Kepemimpinan Otoritas Palestina yang Lemah
Dalam perundingan pascaperang Gaza, Netanyahu menolak menyerahkan kekuasaan kepada Otoritas Palestina yang dianggapnya tidak cukup kuat untuk mengambil alih kendali. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pakta gencatan senjata dapat meredakan ketegangan, konflik Palestina-Israel yang lebih mendalam masih jauh dari kata selesai.
Sumber: Voaindonesia.com