Harnas.id – Konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina kembali memanas dalam beberapa hari terakhir, dengan intensitas kekerasan yang semakin meningkat. Serangan udara Israel dan balasan roket dari kelompok-kelompok militan di Gaza dan Lebanon membuat ketegangan di kawasan semakin tak terkendali. Selasa, (08/10/2024).
Bahkan pada Senin, 7 Oktober 2024, Angkatan Udara Israel melancarkan serangan udara terhadap beberapa target di Jalur Gaza. Serangan ini disebut sebagai balasan atas rentetan roket yang ditembakkan oleh kelompok Hamas ke Tel Aviv dan beberapa kota di Israel tengah, seperti Holon, Rishon Lezion, dan Bat Yam.
Menurut pihak militer Israel, Hamas menembakkan lima roket dari Khan Younis di Gaza selatan, meskipun sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome. Namun, beberapa roket berhasil mencapai wilayah pemukiman, menyebabkan kerusakan properti meski tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Serangan udara Israel yang menyusul menghantam beberapa situs yang diduga sebagai tempat peluncuran roket dan fasilitas militer Hamas di Gaza. Hamas mengklaim bahwa beberapa warga sipil turut menjadi korban akibat serangan tersebut, meskipun Israel menyatakan target mereka hanya menyasar infrastruktur militer.
Hizbullah Terlibat, Iron Dome Bobol
Sementara itu, ketegangan tidak hanya terbatas pada Gaza. Pada 6 Oktober 2024, kelompok militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon meluncurkan beberapa roket ke arah Haifa dan Tiberias di Israel utara. Serangan ini terjadi sebagai balasan atas serangan udara Israel yang menghantam pinggiran selatan Beirut, wilayah yang dikenal sebagai basis utama Hizbullah.
Meski sistem pertahanan Iron Dome Israel berusaha mencegat serangan roket tersebut, beberapa roket berhasil menembus dan mencapai target. Akibatnya, enam orang terluka ringan di Haifa dan Tiberias. Militer Israel sedang menyelidiki kegagalan sistem pertahanan udara mereka dalam menghadapi serangan ini.
Hizbullah mengklaim bahwa mereka menargetkan situs militer di selatan Haifa dengan rudal Fadi 1, sementara pihak Israel mengutuk serangan ini sebagai provokasi yang membahayakan stabilitas kawasan.
Upaya Internasional Menghentikan Kekerasan
Konflik yang semakin memanas ini mendorong banyak pihak internasional menyerukan gencatan senjata. PBB dan Uni Eropa telah mengeluarkan pernyataan yang meminta kedua belah pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda deeskalasi yang signifikan di lapangan.
Amerika Serikat, yang selama ini menjadi sekutu utama Israel, juga telah menghubungi para pemimpin di kawasan untuk mengusahakan penghentian serangan dan memulai dialog. Namun, situasi yang sangat tegang di Gaza dan perbatasan Lebanon-Israel membuat upaya diplomasi sejauh ini belum berhasil menghentikan kekerasan.
Korban Meningkat dan Situasi Kemanusiaan Memburuk
Sejak eskalasi terbaru ini dimulai, jumlah korban terus meningkat, terutama di wilayah Gaza. Sumber-sumber medis di Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel telah menyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan orang terluka, banyak di antaranya adalah warga sipil. Fasilitas kesehatan di Gaza, yang sudah terbatas, kini kewalahan menangani korban akibat serangan.
Di sisi lain, warga Israel yang tinggal di kota-kota yang menjadi target serangan roket hidup dalam ketakutan, dengan banyak yang terpaksa berlindung di tempat-tempat penampungan bom.
Krisis Israel dan Palestina terus berlanjut dengan kekerasan yang semakin meluas, melibatkan kelompok-kelompok bersenjata di Gaza dan Lebanon. Dengan korban jiwa yang terus bertambah dan upaya internasional untuk meredam konflik belum membuahkan hasil, masa depan perdamaian di kawasan ini tampak semakin suram. Dunia kini memandang dengan kekhawatiran, berharap solusi diplomatik dapat segera tercapai sebelum korban lebih banyak berjatuhan.