Verga Aziz: Kekalahan JM di Pileg 2024 Bisa Jadi Pertimbangan DPP Gerindra Berikan Rekomendasi

Kota Bogor, Harnas.id – Aroma Pilkada 2024 di Kota Bogor semakin terasa, menjadi topik hangat dalam aktivitas sehari-hari masyarakat. Pengamat politik Kota Bogor, Verga Aziz, menekankan pentingnya memilih wali kota berdasarkan visi, misi, dan program kerja yang jelas dan konkret, bukan hanya popularitas atau rekam jejak.

Kandidat Mulai Bermunculan

Sejumlah calon wali kota mulai bermunculan dari berbagai latar belakang. Situasi ini memunculkan pertanyaan penting: siapa yang mampu membawa perubahan dan melanjutkan pemerintahan untuk lima tahun mendatang?

Tantangan di Kota Bogor

Kota Bogor menghadapi berbagai masalah kompleks seperti ekonomi, kemiskinan, kesehatan, pengangguran, investasi, pariwisata, pembinaan UMKM, penanggulangan sampah, dan pelayanan birokrasi yang belum tuntas. Kegagalan wali kota dan wakil wali kota sebelumnya menjadi beban bagi wali kota terpilih selanjutnya.

Prioritas Utama

Prioritas utama bagi calon wali kota lima tahun mendatang mencakup meningkatkan taraf hidup masyarakat, mengurangi kemiskinan, mengatasi pengangguran, mendorong investasi dan pariwisata, membina UMKM, serta meningkatkan pelayanan birokrasi.

Partisipasi Masyarakat

Pemilih harus cerdas dalam memilih pemimpin yang tepat. Partisipasi aktif masyarakat dalam mengawal proses demokrasi, menyuarakan aspirasi, dan mengawasi kinerja pemimpin terpilih sangat penting.

Konstelasi Politik

Dari semua partai politik, hanya PKS yang bisa mengusung calon sendiri tanpa koalisi, setelah meraih 11 kursi pada Pileg 2024. Sementara partai lainnya harus berkoalisi.

Poros Koalisi

Verga Aziz mengidentifikasi empat poros koalisi yang muncul:

  1. Dedi Rachim (PAN)

Melalui Partai Amanat Nasional (PAN), mengusung dan merajut Koalisi Bogor Maju (KBM) atas dasar Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang dihadiri PSI, Golkar, PAN, dan Demokrat. Jika KBM yang digagas PSI mengacu pada koalisi KIM tanpa melibatkan Gerindra, yang secara de facto pemenang pemilu, maka ini bisa menjadi cikal bakal perpecahan KIM dan pengasingan bagi Gerindra.

“KIM ini terdiri dari 8 parpol dan di Kota Bogor yang berhasil mengisi kursi di tatanan legislatif yang berpotensi mengusung cawalkot ada 5 parpol: Gerindra 6 kursi (mengalami penurunan karena kekalahan JM di Pileg sebelumnya 8 kursi), Golkar 7 kursi, PAN 5 kursi, Demokrat 3 kursi, dan PSI 1 kursi,” papar Aziz.

KBM bertujuan mempersatukan dukungan kepada Dedi sekaligus mengasingkan Gerindra untuk memperkuat akar rumput di Kota Bogor.

  1. Rayendra (PDIP)

Berkoalisi dengan PKS yang mengusung Atang Trisnanto.

  1. Sendi (NasDem)

Membuka pintu koalisi bagi partai lain.

  1. Rena Da Frina (Gerindra)

Sebagai pendatang baru dengan prinsip negarawan Prabowo dan pertimbangan elektabilitas Rena Da Frina di Kota Bogor yang mampu melaju pesat dibandingkan cawalkot lain, termasuk JM yang gagal dalam kontestasi Pileg 2024 sehingga Gerindra kehilangan 2 kursi di legislatif. Ini memungkinkan DPP Partai Gerindra merekomendasikan Rena Da Frina untuk mengemban amanah dan menjalankan roda pemerintahan Kota Bogor lima tahun ke depan sesuai harapan Prabowo.

Prediksi Kontestasi

Verga Aziz memprediksi dua poros utama yang akan berkontestasi di Pilkada 2024:

  1. Rena Da Frina dan Rusli Prihatevy

Didukung Gerindra, Golkar, Demokrat, NasDem, PKB, PAN, PPP.

  1. Rayendra dan Atang Trisnanto

Didukung PKS, PDIP, PSI.

Dedi dan Jenal terancam gagal maju di Pilkada serentak 2024, sehingga koalisi terpecah menjadi dua poros utama.

Sumber : Verga Aziz

( Ketum Mapancas Kota Bogor )