HARNAS.ID – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo menilai perlu adanya inovasi di industri asuransi untuk meningkatkan proteksi kesehatan masyarakat ke depan, terutama di masa pandemi COVID-19 yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.
“Kita menyadari dan banyak ahli yang menyampaikan bahwa COVID-19 mungkin bukan hanya sebagai pandemi tapi mungkin akan stay sebagai epidemi,” ujar Tiko, panggilan akrabnya, saat menghadiri Peresmian Sentra Vaksinasi Bersama AAUI dan INDONESIA RE GROUP secara virtual di Jakarta, Minggu (1/8/2021).
Dia pun mengajak asuransi maupun OJK dan BUMN, untuk juga melihat inovasi ke depan bagaimana proteksi kesehatan masyarakat bisa bersama, sehingga tidak hanya menangani pandemi saat ini namun juga menciptakan program proteksi yang bisa menjangkau seluruh masyarakat untuk masa depan bersama-sama dengan pemerintah dalam hal ini tentunya BPJS Kesehatan.
Menurut Tiko, peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui pemberian berbagai macam suplemen dan juga cakupan atau coverage yang baik terhadap kesehatan masyarakat menjadi penting dan menjadi program jangka panjang, sehingga imunitas dan resiliensi masyarakat terhadap epidemi-epidemi berikutnya di masa akan datang bisa meningkat.
Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk itu menyampaikan, dalam rangka mengelola dan menurunkan dampak dari pandemi COVID-19, pemerintah telah melakukan berbagai program dan vaksinasi merupakan program yang paling utama dalam mendorong kekebalan kelompok (herd immunity) untuk mencapai 70-80 persen masyarakat Indonesia tervaksinasi pada akhir tahun ini.
“Tentunya dalam hal ini, partisipasi dari berbagai pihak swasta, BUMN, K/L, dan sebagainya, menjadi penting, mengingat percepatan ini membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat, terutama bukan hanya di Jakarta, tapi juga di luar Jakarta yang saat ini memang masih rendah untuk bisa bersama-sama mendorong tercapainya target tersebut,” kata Tiko.
Tiko menyampaikan, dengan tersebarnya varian Delta yang sekarang menjadi tantangan utama di dunia, bukan hanya di Indonesia, percepatan vaksinasi menjadi lebih krusial lagi.
Oleh karena itu, pemerintah juga terus mendorong importasi dari berbagai vaksin yang dibeli dari luar negeri dan juga distribusi ke seluruh dinas kesehatan di seluruh Indonesia.
“Kita terbuka dan tentunya kita apresiasi peran dari OJK dan industri asuransi yang terus mendorong vaksinasi bersama dengan program masyarakat dan CSR baik dalam micro size ataupun dalam bentuk vaksinasi sentra besar yang dilaksanakan oleh OJK dan sektor perbankan diharapkan terus berjalan. Jadi tidak hanya sekali dua kali, tapi terus berjalan,” ujar Tiko.
Menurut dia, tingkat kemanjuran atau efikasi dari vaksin yang saat ini ada, masih terus dikaji. Informasi yang beredar disebutkan bahwa ada jangka waktu yang membuat vaksin tersebut menurun efikasinya, sehingga perlu dilakukan vaksinasi ulang.
“Program vaksinasi bukan hanya sekali, melainkan berulang sampai dengan beberapa periode ke depan,” kata Tiko.
Tiko menambahkan, pembelajaran dalam kerangka pelaksanaan vaksinasi massal dari sisi mobilisasi, pelaksanaan yang taat protokol kesehatan, dan sistem yang baik, menjadi modal di fase-fase berikutnya untuk meningkatkan vaksinasi secara lebih massal dan lebih cepat.
“Karena buktinya di periode pertama, masih banyak pembelajaran yang perlu kita lakukan untuk bisa meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari pelaksanaan vaksinasi massal yang memang sangat membutuhakn effort di seluruh Indonesia,” ujar Tiko.
Tiko juga mengapresiasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang telah bekerja dengan baik sehingga pencapaian vaksinasi di Jakarta sudah mencapai capai hasil yang positif dan berpotensi menjadi wilayah yang pertama mencapai herd immunity.
“Kalau tidak salah data terakhir sudah 7,5 juta orang yang tervaksinasi. Tentunya kita sebagai masyarakat Jakarta besyukur bahwa Jakarta bisa menjadi kota yang mungkin pertama yang akan mencapai herd community. Untuk itu kami mengapresiasi dan kami siap mendukung vaksinasi di tahap berikutnya apabila dibutuhkan,” kata Tiko.
Editor: Firli Yasya