Harnas.id, Padang – PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur terus memperkuat perannya sebagai pelabuhan strategis di Sumatera Barat dengan mengusung visi keberlanjutan dan efisiensi. Sebagai bagian dari komitmennya untuk menjadi pelabuhan hijau (green port), PTP Teluk Bayur terus berinovasi dalam meningkatkan kualitas layanan, produktivitas, dan kinerja operasional.
Branch Manager (BM) PTP Cabang Teluk Bayur, Fauzi, menjelaskan bahwa pelabuhan ini telah mengadopsi berbagai teknologi ramah lingkungan, seperti sistem elektrifikasi alat bongkar muat. Selain itu, untuk meminimalkan risiko pencemaran, pelabuhan juga menggunakan oil boom dalam kegiatan bongkar muat curah cair, terutama minyak kelapa sawit (CPO). Inovasi-inovasi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan operasi yang aman dan berkelanjutan.
“Salah satu langkah konkret kami dalam mendukung greenport adalah penggunaan alat-alat bongkar muat yang terintegrasi dengan elektrifikasi, seperti Gantry Jib Crane, yang dapat mengurangi konsumsi BBM hingga 25% serta mengurangi kebisingan dan polusi udara,” ujar Fauzi.
Pelabuhan Teluk Bayur juga terus memperbaiki efisiensi operasional. Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan utama di Indonesia untuk penanganan komoditas curah cair, terutama CPO, dengan kapasitas penanganan mencapai 3,2 juta ton per tahun. Selain CPO, pelabuhan ini juga menangani komoditas lain seperti cangkang dan bungkil yang diekspor ke Korea, Jepang, dan New Zealand.
Hingga Triwulan III 2024, PTP Nonpetikemas Cabang Teluk Bayur berhasil mencatatkan peningkatan signifikan dalam produktivitas dan efisiensi operasional. Kecepatan layanan bongkar muat untuk komoditas curah kering meningkat 30%, dari 1.999 T/S/D menjadi 2.604 T/S/D. Selain itu, waktu tunggu kapal di pelabuhan berhasil dipangkas dari rata-rata 3 hari menjadi 2 hari, yang berdampak pada penurunan biaya logistik hingga 33%.
“Efisiensi waktu tunggu kapal ini menjadi salah satu prioritas kami untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna jasa pelabuhan. Dengan penerapan sistem dan standar baru, kami yakin dapat meningkatkan daya saing pelabuhan baik di tingkat nasional maupun internasional,” tambah Fauzi.
Sebagai bukti keberhasilan sistem baru, PTP Teluk Bayur juga mengimplementasikan Pelabuhan Nonpetikemas Terintegrasi (PTOS-M) yang memudahkan sistem monitoring kegiatan bongkar muat. PTOS-M menjadi bagian dari proses transformasi yang meningkatkan produktivitas dan mengurangi hambatan operasional.
Selain itu, pelabuhan ini juga terus memperluas fasilitasnya dengan dermaga sepanjang 917,3 meter dan lapangan penumpukan seluas 36.341 m². PTP Teluk Bayur melayani berbagai jenis kargo, termasuk curah cair (CPO, aspal), curah kering (batubara, cangkang, bungkil, pupuk), serta bag cargo seperti semen dan pupuk.
Keberhasilan pelabuhan ini tidak lepas dari dukungan pemerintah Sumatera Barat, perusahaan bongkar muat, dan pemilik barang. PTP Teluk Bayur berkomitmen untuk terus memperbaiki layanan dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
“Kolaborasi dengan pemerintah daerah dan mitra bisnis sangat penting untuk menyusun roadmap kerjasama yang optimal. Kami juga berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan sambil memperkuat rantai pasok dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah serta nasional,” kata Fauzi.
Fiona Sari Utami, Sekretaris Perusahaan PTP Nonpetikemas, menambahkan bahwa transformasi yang dilakukan oleh PTP Teluk Bayur bertujuan tidak hanya untuk efisiensi operasional, tetapi juga untuk memperkuat daya saing di tingkat nasional dan internasional.
“Transformasi ini adalah bagian dari komitmen kami untuk menghadirkan pelayanan terbaik dan memperkuat posisi Teluk Bayur sebagai pelabuhan unggul dalam sektor logistik Indonesia,” ungkap Fiona.