HARNAS.ID – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pemerintah akan berupaya maksimal untuk menjaga agar industri tetap tumbuh dengan baik dan mampu mengantisipasi berbagai tantangan serta ketidakpastian global.
“Kami senantiasa mendorong peningkatan daya saing industri dengan salah satu pilihan yang dilakukan adalah agar produk-produk industri nasional mampu bersaing di dalam negeri maupun luar negeri,” ujarnya, Senin (4/6/2022).
Saat ini, pembangunan industri merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional yang diarahkan dengan menerapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
Kementerian Perindustrian dalam rapat kerja bersama antara Kementerian Perindustrian dengan Kementerian ESDM di Bogor, Jawa Barat, menyatakan sektor industri masih menunjukkan kinerja sebagai penggerak utama perekonomian nasional pada awal tahun 2022.
Pada triwulan pertama 2022, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tercatat sebesar 5,47 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen. Pertumbuhan ini ditopang oleh sektor industri alat angkutan sebesar 14,20 persen, industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 12,45 persen, dan industri mesin dan perlengkapan sebesar 9,92 persen.
Ekspor industri manufaktur terus meningkat meski di tengah himpitan pandemi. Sepanjang Januari sampai Mei 2022, nilai ekspor industri manufaktur mencapai 83,73 miliar dolar AS atau 72,83 persen dari total ekspor nasional.
Nilai ekspor terbesar diberikan oleh industri logam dasar 18,87 miliar dolar AS; industri makanan dan minuman sebesar 16,76 miliar dolar AS; serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 9,68 miliar dolar AS.
Sementara itu, nilai investasi di sektor industri manufaktur pada triwulan pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 103,5 triliun dengan nilai terbesar berada pada industri logam dasar sebesar Rp 39,67 triliun, lalu diikuti industri makanan sebesar Rp 19,56 triliun; serta industri kimia dan farmasi sebesar Rp 16,91 triliun.
Sedangkan, kondisi purchasing managers index (PMI) Indonesia dari bulan Januari hingga Juni 2022 masih terjaga pada level ekspansif. PMI manufaktur Indonesia berada pada angka 50,2 atau turun dari angka 50,8 pada Mei 2022.
“Angka ini merupakan angka terendah PMI manufaktur Indonesia pada tahun 2022 dan patut menjadi perhatian kita bersama,” kata Menteri Agus.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa penurunan angka PMI mengindikasikan adanya perlambatan dari kinerja industri. Penurunan juga terjadi pada kondisi utilisasi industri dari angka 70,50 persen pada April 2022 ke angka 67,60 persen pada Mei 2022.
“Kami akan berupaya sekeras-kerasnya untuk menjaga agar industri tetap tumbuh dengan baik dan mampu mengantisipasi berbagai tantangan dan ketidakpastian global yang masih akan berlanjut di tahun ini,” tuturnya.
Editor: Firli Yasya