BOGOR, Harnas.id – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar Focus Group Discussion (FGD) Indonesia bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika sebagai wujud implementasi salah satu program prioritas nasional yang dilangsungkan di Hotel Sahira, Jalan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kamis (29/9/2022).
Dirjen Politik dan Pemerintahan yang diwakili Direktur Bina Ideologi Karakter dan Wawasan Kebangsaan Kemendagri, Drajat Wisnu Setyawan menyebut, salah satu tantangan Bangsa Indonesia saat ini adalah globalisasi.
Globalisasi menjadi ancaman yang berpotensi terhadap budaya dan watak bangsa Indonesia yang berakibat lunturnya adab dan tata nilai kebangsaan Indonesia yang terkandung di dalam Pancasila, seperti pengaruh budaya, pandangan hidup, sistem politik, tata nilai dan sistem ekonomi.
“Di sisi lain, globalisasi adalah sebuah fenomena alami, sebuah fragmen dari perkembangan proses peradaban yang harus kita lalui bersama. Tentu harus dilakukan pembangunan karakter bangsa,” kata Drajat.
Pembangunan karakter bangsa, sambung Drajat, dimaksudkan untuk menguatkan jati diri dan mental bangsa yang berlandaskan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Juga sebagai tembok penghalang masuknya cara pandang lain yang bertentangan dengan Pancasila, UUD Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga perlu adanya revolusi mental.
“Revolusi Mental merupakan gerakan nasional untuk memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia dengan mengubah cara pandang, pola pikir, sikap-sikap, nilai-nilai dan perilaku bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian dengan mengacu pada nilai-nilai integritas, etos kerja dan gotong royong berdasarkan Pancasila,” urai Drajat.
Masih kata Drajat, revolusi mental tersebut memerlukan keterlibatan seluruh komponen dan elemen masyarakat, diharapkan dapat mengimplementasikan Gerakan Nasional Revolusi Mental dimulai dari diri sendiri serta dapat ditularkan Organisasi dan kepada masyarakat disekitarnya.
“Kebijakan pemerintah yang tertuang di dalam Program Prioritas Nasional tersebut tidak akan tercipta apabila peran serta masyarakat melalui peran keluarga, akademisi, pengusaha, kelompok masyarakat dan lingkungan sekitar tidak ikut serta dan untuk mewujudkannya,” jelasnya.
Dalam forum yang sama, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim menambahkan, persoalan pembangunan karakter bangsa perlu menjadi perhatian penting. Mengingat, hal ini bukan hanya menjadi fokus bangsa sendiri, namun juga menjadi lirikan bangsa lain.
“Pembangunan karakter itu ada parameternya, ada ukuran – ukurannya. Salah satunya soal revolusi mental yang harus terus dibangun,” tegas Dedie.
Di Kota Bogor sendiri, juga dihadapi dengan berbagai tantangan. Salah satunya soal pendidikan. Bahwa ditemukan masih banyak kasus putus sekolah di wilayah. Sehingga berdampak pada indeks pembangunan manusia atau IPM.
“Masalah pendidikan ini salah satu cara pembangunan karakter juga. Jadi harus betul – betul kita perhatikan,” tambah Dedie.