
Harnas.id – Umat Islam sering bertanya-tanya, apakah puasa Nisfu Syaban bisa digabung dengan puasa qadha Ramadan? Nisfu Syaban yang jatuh pada tanggal 15 Syaban, untuk tahun 2025 ini bertepatan dengan 14 Februari. Dalam Islam, menggabungkan niat puasa diperbolehkan dan seseorang bisa mendapatkan pahala dari kedua puasa tersebut.
Dalam kitab Fathul Mu’in, Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibary menjelaskan bahwa seseorang yang menggabungkan niat puasa sunnah dengan niat puasa fardhu tetap akan mendapatkan pahala keduanya. Seperti diketahui, puasa Syaban merupakan puasa sunnah yang sah dilakukan dengan niat secara mutlak, seperti “Saya niat berpuasa karena Allah Ta’ala,” tanpa harus menyebutkan jenis puasanya. Sementara itu, puasa qadha Ramadan tergolong puasa wajib yang harus ditentukan jenisnya, misalnya dengan niat “Saya niat qadha puasa Ramadan fardhu karena Allah Ta’ala.”
Mengutip dari NU Online, dalam kitab I’anatut Thalibin dijelaskan bahwa dalam Al-Kurdi terdapat pendapat yang dikutip dari Asnal Mathalib, Al-Khatib As-Syarbini, Syekh Sulaiman Al-Jamal, dan Syekh Ar-Ramli yang menyatakan bahwa puasa sunnah pada hari-hari yang dianjurkan memang dimaksudkan untuk hari tersebut. Namun, seseorang yang berpuasa dengan niat lain tetap bisa mendapatkan keutamaannya. Bahkan, Al-Barizi berfatwa bahwa jika seseorang berpuasa dengan niat qadha atau sejenisnya pada hari tersebut, maka ia tetap mendapatkan pahala kedua puasa, baik meniatkan keduanya maupun tidak.
Bulan Syaban sendiri dikenal sebagai bulan persiapan sebelum Ramadan. Momen ini menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk memperbanyak ibadah serta mempersiapkan diri secara mental dan fisik dalam menyambut bulan suci. Rasulullah SAW pun memperbanyak puasa sunnah di bulan ini, hampir sepanjang bulan kecuali satu atau dua hari di akhir Syaban, yang disebut sebagai hari syak (hari keraguan) menjelang Ramadan.
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis, dari Aisyah R.A berkata:
وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
Artinya: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi bulan Syaban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)
Dalam kitab Subulus Salam Syarah Bulughul Maram jilid 2 halaman 239, Imam Ash-Shana’ani menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW mengistimewakan bulan Syaban dengan memperbanyak puasa sunnah dibandingkan bulan lainnya.
Wallahu A’lam.
Editor: IJS