Harnas.id, BOGOR – Semangat membangkitkan kembali pariwisata lokal menggelora di tengah tantangan kebijakan pembatasan study tour lintas provinsi. Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bogor berinovasi lewat gelaran Bogor Travel Fairphoria 2025, sebuah pameran wisata interaktif yang sukses digelar di Botani Square, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor serta ASITA Kota Bogor.
Mengusung tagline “Jaga Lembur, Jaga Budaya, Jaga Wisata”, acara ini menjadi bukti adaptasi mahasiswa dalam menyikapi kondisi pariwisata saat ini. Ketua pelaksana, Az Zahra, menjelaskan bahwa acara ini dirancang sebagai ruang promosi kreatif destinasi lokal sekaligus meningkatkan kesadaran wisata di kalangan masyarakat.
“Ini bentuk inovasi kami menjawab tantangan industri dan memperkenalkan potensi wisata lokal secara langsung kepada publik,” jelas Zahra.
Ketua STP Bogor, Laurinciana S. Sambuanga, mengakui sempat pesimis terhadap antusiasme peserta akibat kebijakan efisiensi pemerintah. Namun semangat mahasiswa terbukti kuat untuk menggelar event berbasis business to customer (B2C) ini.
Sebanyak 18 pelaku industri pariwisata dari Bogor dan Jabodetabek ambil bagian, mulai dari agen perjalanan hingga hotel ternama. Pengunjung dapat berkonsultasi langsung mengenai paket wisata, menikmati produk lokal seperti kuliner, kerajinan, hingga layanan kecantikan.
Beberapa peserta yang ikut serta antara lain: The Jungle, Swiss-belhotel, Grand Savero Hotel, Navigatour, Tim Travel, Ancol, Dufan, Econique, dan banyak lagi. Keseluruhan tenant juga menyuguhkan berbagai promo menarik sebagai bagian dari perayaan Hari Jadi Bogor ke-543.
Kepala Disparbud Kota Bogor, Iceu Pujiati, bersama Ketua STP dan Ketua ASITA turut meninjau seluruh tenant dan menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk memajukan pariwisata daerah.
“Tenant yang hadir bukan hanya dari Bogor. Ini sinyal bahwa kolaborasi harus terus dijaga. Apalagi sekarang sudah ada aplikasi LAKSA (Layanan Informasi Kepariwisataan Kota Bogor) sebagai langkah konkret transformasi digital pariwisata kita,” terang Iceu.
Fairphoria juga menghadirkan dua sesi talkshow berskala nasional. Sesi pertama bertajuk “Strategi dan Adaptasi Terhadap Kebijakan Pariwisata Lokal dan Global” menghadirkan:
-
Dr. Budi Supriyanto (Kemenparekraf)
-
Hj. Anni Nuraini (Ketua ASITA Bogor)
-
Ayip Samsul Muarip (Disparbud Kota Bogor)
Ketiganya menekankan pentingnya digitalisasi, efisiensi, dan inovasi kolektif lintas stakeholder untuk mempertahankan pertumbuhan sektor pariwisata nasional.
Sesi kedua bertema “The Digital Future of Tourism and Hospitality” diisi oleh Putra Pratama (Spazie) dan Benarivo Triadi Putra (Atourin). Mereka membahas integrasi teknologi dalam perjalanan wisata, dari pemesanan hingga pemasaran digital berbasis data.
Tak hanya edukatif, Fairphoria juga menjadi hiburan publik dengan beragam penampilan seni dan budaya: tari tradisional, modern dance, solo vokal, pertunjukan mixology, fashion show UMKM, live band, hingga demo masak interaktif.
Ribuan pengunjung menikmati kemeriahan acara yang memperlihatkan kolaborasi mahasiswa, komunitas, pelaku UMKM, dan pemerintah dalam satu panggung kreatif.
Bogor Travel Fairphoria 2025 menjadi contoh konkret bagaimana generasi muda, khususnya mahasiswa STP Bogor, berperan aktif dalam memajukan sektor pariwisata lokal. Dengan kolaborasi multi-pihak, pendekatan digital, serta keberpihakan pada budaya dan kearifan lokal, acara ini bukan sekadar pameran—tapi simbol transformasi pariwisata masa depan.
Editor: IJS