JAKARTA, Harnas.id – Sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju menyambangi Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Nampak terlihat Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Airlangga yang dikonfirmasi mengenai kehadirannya itu, menyebut bakal membahas mengenai perusahaan listrik negara (PLN).
“Agenda PLN,” kata Airlangga sembari berjalan memasuki Istana, Selasa (31/1/2023).
Menteri lainnya hanya menyapa dan melambaikan tangan tidak menjelaskan mengenai pemanggilannya ke istana pada Selasa pagi.
Terpisah, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin mengatakan bahwa pemanggilan beberapa menteri tersebut dikarenakan adanya rapat internal yang digelar oleh Presiden Jokowi.
“Ada rapat internal,” kata Bey saat dihubungi.
Sebagai informasi, isu reshufle kabinet kian santer terdengar beberapa waktu terakhir.
Beredar isu reshuffle kabinet akan dilaksanakan pada Rabu Pon mendatang, tepatnya 1 Februari 2023.
Jokowi pun menjawab santai saat dikonfirmasi mengenai isu tersebut.
“Rabu Pon benar? Ya nanti tunggu saja,” kata Jokowi usai acara Kick Off Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (29/1/2023).
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mencatat bahwa isu perombakan jajaran menteri telah muncul sebanyak 5 kali sepanjang periode kedua Jokowi.
Lantas mengapa Rabu Pon identik dengan Jokowi mengambil keputusan-keputusan besar?
“Rabu Pon merupakan hari kelahiran Jokowi. Karena itu, wajar kalau Jokowi mengambil keputusan penting pada hari kelahirannya,” kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta, M Jamiluddin Ritonga kepada wartawan, Rabu (23/3/2022). J
amil menjelaskan, Pon berasal dari kata panyorote dino atau sinar yang menerangi hari.
Rabu Pon sendiri memiliki neptu atau nilai wetonan berjumlah 14.
Dan orang yang lahir pada Rabu Pon dipercaya dapat menentramkan hati dan menjadi penerang.
“Sehingga dipercaya orang yang lahir pada weton ini memiliki sifat seperti rembulan, yakni bisa menjadi penerang dan menentramkan hati orang,” katanya.
Sebagai orang timur, kata Jamil, tentu hal yang wajar bila Jokowi berkomunikasi dengan menggunakan lambang-lambang yang memiliki makna khusus.
Lambang khusus yang sering digunakan Jokowi adalah Rabu Pon, yang diyakini punya makna sinar yang menerangi.
“Jadi, dengan hari Rabu Pon, keputusan yang diambilnya diharapkan akan seperti sinar yang dapat menerangi,” ujar mantan Dekan FIKOM IISIP ini.
Jamil menjelaskan, komunikasi seperti itu, menurut antropolog Edward T Hall, termasuk high context culture atau budaya konteks tinggi.
Budaya ini selalu menggunakan gaya komunikasi tidak langsung (indirect), komunikasi yang kurang formal, dan mengutamakan pesan nonverbal.
“Rabu Pon merupakan pesan nonverbal yang mempunyai makna khusus bagi Jokowi. Bentuk pesannya merupakan pesan-pesan implisit yang tersembunyi, yang tidak semua orang dapat memahaminya,” katanya.
Karena itu, kata Jamil, pesan-pesan politik yang disampaikan Jokowi kerap dipersepsikan berbeda oleh khalayak yang berlainan budaya.
Hal ini membuat masyarakat kehilangan konteks dalam memahami pesan yang diterimanya.
Perbedaan persepsi itu kerap membuat komunikasi menjadi gaduh.
Wacana pun akan berkembang menjauhi konteks dan makna awal yang dimaksud Jokowi.
“Itulah sebabnya, kenapa pesan-pesan yang disampaikan Jokowi dipersepsi berbeda oleh masyarakat, khususnya di luar etnik Jawa. Masyarakat kelompok ini tidak dapat memahami makna Rabu Pon,” katanya.
“Karena itu, gaya kepemimpinan Jokowi memang unik dan kental dengan budayanya. Tentu gaya kepemimpinan dan komunikasi politik seperti ini akan kerap menuai pro dan kontra,” sambung Jamil. (PB/*)