Menjadi Salah Satu Lumbung Padi Nasional, Begini Potensi Pertanian Kabupaten Sragen

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen menyalurkan bantuan 39 unit alat mesin pertanian (Alsintan) berupa cultivator kepada peta (jatengprov.go.id)

SURAKARTA, Harnas.id – Dilansir dari laman resmi kabupaten sragen, bahwa kabupaten sragen merupakan sebuah daerah yang berdiri pada tanggal 27 Mei 1746. Penentuan tanggal dan waktu tersebut adalah berdasarkan dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.

Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 Kecamatan, 12 Kelurahan dan 196 Desa. Yang menarik dari kabupaten sragen adalah bagaimana bentuk kabupaten sragen jika dilihat terdiri atas 40.037,93 Ha (42,52%) Lahan basah atau sawah dan 54.117,88 Ha (57,48%) Lahan kering.

Berdasarkan data dari pemerintah kabupaten sragen, Keadaan Alam di Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat terletak di sebelah utara bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di seluruh Kabupaten Sragen, dengan jenis tanah : grumusol, alluvial regosol, latosol dan mediteran.

Kondisi cuaca di Kabupaten Sragen mempunyai iklim tropis dan temperatur sedang dengan curah hujan rata-rata di bawah 3.000 mm/tahun dan hari hujan dengan rata-rata dibawah 150 hari/tahun. Selain itu daerah sragen juga memiliki beberapa waduk yang menjadi sumber pengairan irigasi bagi area persawahan di daerah kabupaten sragen, waduk tersebut diantaranya Waduk Gebyar di Desa Jambeyan, Waduk Belimbing di Desa Blimbing, Waduk Botok di Kecamatan kedawung, Waduk Brambang di Kecamatan Kedawung, dan juga waduk kedung ombo yang berada di tiga kabupaten yakni sragen, boyolali, dan grobogan.

Dengan potensi tanah di kabupaten sragen yakni sekitar 42,52% merupakan lahan basah yang bisa dijadikan sebagai persawahan didorong dengan curah hujan yang cukup serta aliran irigasi yang mumpuni, tidak mengherankan bila kabupaten sragen menjadi salah satu lumbung padi nasional.

Lahan pertanian padi di kabupaten sragen dibedakan menjadi 2 menurut BPS kabupaten sragen yakni padi sawah dan padi ladang. Padi sawah adalah padi yang ditanam pada lahan berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan tersebut. Termasuk disini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru. Lahan sawah mencakup sawah pengairan, tadah hujan, sawah pasang surut, rembesan, lebak dan lain sebagainya. Sedangkan padi ladang adalah padi yang ditanam pada lahan tegal/kebun/ladang atau huma.

Berdasarkan data dari kementerian pertanian, Kabupaten sragen bersama kabupaten lainya di jawa tengah turut berperan menjadi penyumbang padi nasional hingga provinsi jawa tengah berhasil menempati posisi pertama penghasil beras nasional yakni dengan luas 1.678.479 ha menghasilkan padi 9.655.653ton GKG atau setara 5.539.448 beras.

Sementara itu kabupaten sragen sendiri menurut data dari BPS kabupaten Sragen berhasil masuk 10 besar kabupaten penghasil padi di Indonesia dengan capaian luas panen padi 102 744,00 hektar.

Beras-beras hasil pertanian dari kabupaten Sragen berhasil menjadi penyuplai beras daerah dan juga penyuplai beras nasional selain itu beras dari kabupaten sragen juga berhasil menembus pasar internasional.

(Oleh wisnu pramono)