DAVOS, Harnas.id – Uni Eropa (UE) mulai lelah mendukung Ukraina dalam konflik dengan Rusia. Sinyal itu diungkap Perdana Menteri (PM) Polandia, Mateusz Morawiecki yang keterlibatan emosional dalam konflik yang sedang berlangsung, meskipun aliran persenjataan Barat dan bantuan lainnya ke Kiev serta tekanan ekonomi yang dilakukan, tak juga berdampak signifikan terhadap Moskow.
“Beberapa bulan yang lalu, diskusi berada pada tingkat emosional yang berbeda dan ketertarikannya juga berbeda. Barat, dunia bebas, sedikit lelah dan ingin hidup normal,” kata Morawiecki dalam sebuah wawancara dengan TVP di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos seperti dilansir dari Russia Today, Kamis (19/1/2023).
Pernyataan Morawiecki ini tak lepas dari kondisi Rusia yang seakan tak bergeming dengan segela tekanan, mulai dari pemberlakuan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, membekukan setengah cadangan emas dan mata uang asingnya hingga menargetkan ekspor energi, namun tetap tak berpengaruh banyak terhadap sikap negara Beruang Merah yang justru makin menggencarkan operasi militernya di Ukraina.
“Hari ini, saya melihat ini dengan sangat jelas dan saya ingin memperingatkan para pemimpin dunia, karena Rusia sabar dan ingin memperketat cengkeramannya di Ukraina dalam jangka panjang. Semua orang ingin hidup normal, tetapi jika Ukraina jatuh, apakah itu akan menjadi kehidupan normal?,” ujar dia berpendapat.
Ya, statmen Morawiecki cukup masuk diakal. Sebab, dengan segala tekanan, yang ada malah negara-negara UE yang terkena dampak. Bagaimanapun, pembatasan menyebabkan harga energi dan biaya hidup melonjak, memicu banyak protes di seluruh Eropa selama setahun terakhir.
Sementara itu, tentara Rusia akan menghancurkan semua senjata yang dikirim negara-negara Barat ke pasukan Ukraina. Hal itu diungkapkan Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov.
“Ini harus menjadi jelas bagi semua orang: tidak peduli senjata apa yang Amerika atau NATO berikan kepada rezim (Presiden Ukraina Vladimir) Zelensky, kami akan menghancurkan mereka. Ini adalah kasus selama Perang Patriotik Hebat, ini akan menjadi kasus sekarang,” ujar Antonov.
“Kemunculan tank-tank bersimbol Nazi di wilayah bekas Uni Soviet secara tegas bertujuan kami menggulingkan rezim neo-Nazi di Ukraina dan menciptakan kondisi normal di wilayah tersebut untuk hubungan bertetangga yang baik antar masyarakat, seperti di masa lalu,” imbuhnya seperti dikutip dari kantor berita Rusia, TASS, Kamis (19/1/2023).
Dia juga menekankan bahwa memompa Ukraina dengan senjata, baik oleh AS atau negara NATO lainnya, hanya akan menyebabkan peningkatan korban jiwa di kalangan penduduk sipil, akan menciptakan kesulitan tambahan di bekas republik Soviet. “Pikirkan tentang tesis (Presiden Rusia) Vladimir Putin. Tidak mungkin mengalahkan Federasi Rusia. Kemenangan akan menjadi milik kita,” tegas Antonov.(PB/*)