Tradisi Pujawali ke-19 di Pura Terbesar se Pulau Jawa

Umat Hindu dari berbagai Daerah membawa "Pratima" sebagai rangkaian Ibadah Pujawali yang digelar di Pura Parahayangan Agung Jagatkartta, Tamansari, Bogor Selasa (17/9).
Umat Hindu dari berbagai Daerah membawa "Pratima" sebagai rangkaian Ibadah Pujawali yang digelar di Pura Parahayangan Agung Jagatkartta, Tamansari, Bogor Selasa (17/9).

Harnas.id – Pelaksanaan Pujawali di Pura Parahayangangan Agung Jagatkartta, Tamansari, Ciapus, Bogor, melibatkan Umat Hindu dari 3 provinsi, yaitu DKI, Jawa Barat dan Banten. Namun dari pantauan dan wawancara singkat yang dilakukan oleh tim harnas.id, kali ini diikuti pula dari Umat yang berasal dari Sumatera dan Bali. Ratusan Umat pun sudah memadati Pura Parahayangangan Agung Jagatkartta dari sejak pukul 06.00 WIB.

Pujawali di beberapa Pura di JaBoDeBaBek sering kali melaksanakannya dua kali dalam setahun. Namun Pura Parahayangangan Agung Jagatkartta, melaksanakannya hanya sekali dalam setahun. Penetapan waktu Pujawali Pura Gunung Salak, sebutn lain dari Pura Parahayangangan Agung Jagatkartta ini adalah bagian dari salah satu bhisama dari 4 point. Adapun ketetapan bhisama mengenai pujawali adalah pada hari Purnama sasih Katiga, seperti yang dikutip dari blog https://purasatyaloka.org/blog/pura-gunung-salak-pura-kahyangan-jagat/.

Ada pun sejarah singkat dan penamaan dari Pura Parahayangan Agung Jagatkartta, dari blog tersebut yakni, Pada dokumen Purana Pura Parhayangan Agung Jagatkartta Gunung Salak tahun 2021, disebutkan sejarah singkat pendirian Pura Gunung Salak. Pada tahun 1995, dimulai membangun sebuah candi yang diyakini sebagai petilasan Prabu Siliwangi. Pada masanya adalah raja termasyur dan sangat dipuja oleh leluhur tanah Sunda. Prabu Siliwangi dengan sesanti pemerintahannya ” Tata Tentram Kertha Raharja”, telah membawa jaman keemasan bagi Pajajaran, kerajaan Hindu terakhir di Tanah Parahyangan.

Kehidupan masyarakat dijalankan berdasarkan penghormatan kepada ajaran leluhur ”Sang Hyang Dharma dan Sang Hyang Siksa”. Masa jaya ini berlangsung selama pemerintahan beliau tahun 1482-1521, dan dilanjutkan putranya Raja Surawisesa, tahun 1521-1535. Semua ini tertera pada prasasti batu bertulis di jalan Batutulis Bogor, yang dibuat tahun Caka 1455 atau 1533 M.

Pembangunan Pura Gunung Salak dianggap selesai ditandai dengan upacara pemelaspasan tanggal 22 April 1996. Setahun kemudian pada 14 Mei 1997 dilanjutkan pembangunan padmasana, dan dilaksanakan upacara pemelaspasan tanggal 05 Maret 2000. Serta Pura Parahayangangan Agung Jagatkartta, merupakan Pura terbesar yang ada di Pulau Jawa.

Laporan : Rangga Firmansyah