HARNAS.ID – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih mengkaji indikator-indikator penting dalam pemberian vaksin COVID-19 kepada anak usia di bawah enam tahun.
“Isu vaksin pada anak sedang hangat. Di beberapa negara, sudah mulai menggunakan vaksin (COVID-19) terutama pada anak-anak yang lebih kecil,” kata Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Tropik IDAI Nina Dwi Putri di Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Nina, dalam Webinar Update on Management of COVID-19 menuturkan, pengkajian di Indonesia, masih terus akan dilakukan meskipun sejumlah negara mulai menyediakan berbagai varian vaksin COVID-19 bagi anak usia di bawah enam tahun, termasuk kajian pada pemberian vaksinasi booster bagi anak-anak usia remaja.
Pengkajian dilakukan dengan melihat efektivitas vaksin yang diberikan, manfaat serta efek samping vaksin yang akan ditimbulkan pada anak.
Menurut Nina, kajian akan dilakukan lebih mendalam karena berdasarkan data yang IDAI miliki, cakupan vaksinasi dosis lengkap pada anak belum mencapai target. Padahal, pemerintah telah menyediakan vaksin terbaik bagi masyarakat dalam memutus mata rantai penularan COVID-19.
“Sama prinsipnya dengan yang telah disampaikan. Apapun vaksin yang ada saat ini adalah vaksin yang bisa kita gunakan dan vaksin terbaik yang bisa digunakan,” ujat Nina yang juga dokter anak konsultan infeksi dan penyakit tropis itu.
Dengan demikian, usia termuda yang diperbolehkan untuk mengikuti vaksinasi adalah anak usia enam tahun. Bila nantinya target vaksinasi terutama pada dosis lengkap tercapai, pihaknya akan segera mengambil keputusan terkait pemberian booster pada anak.
“Kita benar-benar sedang menggali ini. Mudah-mudahan dalam dua minggu ke depan, kita bisa memberikan rekomendasi dari IDAI,” kata dia.
Dalam acara itu Nina juga meminta kepada masyarakat untuk segera melengkapi vaksin dosis lengkap pada anak, sembari menunggu informasi lebih lanjut terkait keputusan dari kajian yang pihaknya lakukan.
Sebab, vaksinasi dapat meringankan infeksi yang ditimbulkan oleh virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 serta meminimalkan sekecil mungkin potensi penularan.
“Saya tidak bisa memberikan komentar dulu. Nanti akan dikeluarkan secara resmi oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),” ujar Nina.
Editor: Firli Yasya