Brigjen Pol Prasetijo Utomo mendengarkan dakwaan yang dibacakan JPU terkait kasus suap penghapusan red notice Djoko Tjandra di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (2/11/2020). HARNAS.ID | BARRI FATHAILAH

HARNAS.ID – Mantan Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan (Kakorwas) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Bareskrim Polri Brigjen Pol Prasetijo Utomo divonis 3 tahun penjara karena terbukti melakukan pemalsuan surat. Terdakwa juga terbukti membiarkan terpidana melarikan diri, dan menghalang-halangi penyidikan perkara Djoko Tjandra.

“Memutuskan, menyatakan terdakwa Prasetijo Utomo terbukti melakukan tindak pidana menyuruh pemalsuan surat secara berlanjut. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa penjara selama 3 tahun,” kata Ketua Majelis Hakim M Siradj di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Selasa (22/12/2020).

Vonis tersebut lebih berat dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) Kejaksaan Negeri Jakarta Timur yakni 2,5 tahun penjara. Hal yang memberatkan, terdakwa telah menggunakan surat palsu dua kali pada 6 dan 8 Juni 2020. Perbuatan terdakwa membahayakan masyarakat karena tidak melakukan pemeriksaan kesehatan, tidak merasa bersalah dan menyesali perbuatan.

Selain itu, sebagai Karo Korwas PPNS, terdakwa seharusnya bisa mengemban amanat. Hal meringankan terdakwa Prasetijo berlaku sopan di persidangan dan sudah 30 tahun mengabdi sebagai anggota Polri. Vonis tersebut berdasarkan dakwaan 263 Ayat (1) KUHP dan Pasal 426 KUHP dan Pasal 221 Ayat (1) ke-2 KUHP juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP.

Prasetijo didakwa bersama-sama dengan terpidana perkara pengalihan cessie Bank Bali yang jadi buron sejak 2009, Djoko Tjandra, dan penasihat hukumnya Anita Kolopaking Dalam dakwaan disebutkan Prasetijo memerintahkan Kompol Dody Jaya selaku Kaur TU Biro Korwas PPNS Bareskrim Polri membuat surat jalan palsu Djoko Tjandra dengan mencantumkan keperluan diganti menjadi monitoring pandemi di Pontianak dan wilayah sekitarnya.

Padahal, Djoko Tjandra adalah terpidana kasus cessie Bank Bali berdasarkan putusan peninjauan kembali (PK) Mahkamah Agung 11 Juni 2009 yang dijatuhi hukuman penjara selama 2 tahun dan denda Rp 15 juta subsider 3 bulan. Namun, dia melarikan diri sehingga sejak 17 Juni 2009 ditetapkan status buron dan masuk daftar pencarian orang (DPO) Direktorat Jenderal Imigrasi dan daftar Interpol Red Notice.

Penjemputan dilakukan dari Pontianak ke Jakarta pada tanggal 6 dan 8 Juni 2020. Prasetijo lalu mengatakan kepada anak buahnya Jhoni Andijanto ikut menjemput Djoko Tjandra. Prasetijo lalu mengatakan kepada Jhoni “Jhon… surat-surat kemarin disimpan di mana? Dan dijawab ‘ada sama saya jenderal….’ Lalu Prasetijo mengatakan ‘bakar semua!”

Jhony lalu mengambil surat jalan, surat keterangan pemeriksaan COVID-19, dan surat rekomendasi kesehatan atas nama Prasetijo Utomo, Anita Dewi Kolopaking, dan Djoko Tjandra yang disimpannya kemudian membakar surat-surat tersebut.

Setelah selesai membakar, Jhony mendokumentasikannya dan melaporkan langsung kepada Prasetijo. Setelah melihat foto yang tersimpan di ponsel Jhony Andrijanto, Prasetijo mengatakan ‘HP jangan digunakan lagi’ sejak saat itu ponsel Samsung A70 warna putih maupun simcard-nya sudah tidak digunakan lagi dan disimpan di mobil.

Editor: Ridwan Maulana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini