AS Sampaikan Sikap Tak Jelas Terkait Perang Ukraina-Korea Utara

Harnas.id, Washington – Sikap Amerika Serikat (AS) terkait potensi konflik antara Ukraina dan Korea Utara kian menjadi sorotan. Hal ini didorong oleh sinyal dari pejabat AS yang tampak menimbang risiko AS yang dipandang mendorong perang melalui proksi, termasuk risiko eskalasi nuklir.

Pada Selasa lalu, Presiden AS Joe Biden, saat ditanya mengenai kemungkinan Ukraina menyerang Korea Utara, menegaskan, “Jika mereka (pasukan Korea Utara) menyeberang ke Ukraina, ya,” sebagai bentuk dukungan AS pada Ukraina dalam konteks ancaman langsung.

Sejalan dengan itu, juru bicara Pentagon, Brigadir Jenderal Pat Ryder, menekankan bahwa Ukraina berhak menggunakan senjata bantuan AS untuk mempertahankan kedaulatannya, baik dari ancaman luar maupun dari dalam wilayah Ukraina.

Sementara itu, Korea Selatan menunjukkan sikap yang lebih hati-hati. Yonhap News mengabarkan bahwa Seoul memutuskan untuk tidak mengirimkan amunisi 155mm ke Ukraina, meskipun pekan sebelumnya ada sinyal dari seorang pejabat tak disebutkan namanya bahwa Korea Selatan mungkin akan mempertimbangkan dukungan militer terhadap Ukraina, khususnya dalam skenario tertentu.

Di sisi lain, Rusia tampak berhati-hati dalam membangun dukungan internasional. Presiden Vladimir Putin baru saja menjadi tuan rumah pertemuan BRICS di Kazan, dengan kehadiran para pemimpin Tiongkok, India, Brasil, dan lainnya. Namun, Deklarasi Kazan yang dihasilkan dalam pertemuan itu menggarisbawahi pentingnya penyelesaian konflik secara damai, selaras dengan Piagam PBB. Piagam tersebut menganjurkan negara-negara untuk menahan diri dalam penggunaan kekuatan terhadap kedaulatan negara lain.

Belarusia, satu-satunya sekutu Rusia di Eropa, juga memberikan pernyataan yang mengisyaratkan sikap hati-hati. Presiden Alexander Lukashenko menyatakan bahwa keterlibatan Belarusia dalam perang bisa mengarah pada eskalasi serius.

Ia memperingatkan, jika Belarusia terlibat, NATO kemungkinan akan menganggap langkah tersebut sebagai alasan untuk ikut campur dalam konflik di Ukraina.

Perkembangan ini menunjukkan rumitnya situasi geopolitik, terutama dengan adanya kekhawatiran internasional atas potensi eskalasi konflik dan implikasi keamanan global.