Harnas.id, DEPOK – Kota Depok tengah mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan sampah yang kian menumpuk setiap harinya. Dari total 1.200 ton sampah yang dihasilkan, sekitar 50 persen di antaranya merupakan sampah organik, khususnya sisa makanan. Melihat potensi besar ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok mulai mengandalkan maggot sebagai agen pengurai alami.
Maggot, atau larva lalat Black Soldier Fly, terbukti efektif dalam mengurai sampah organik dengan cepat dan ramah lingkungan. Sebagai langkah awal, Pemkot Depok telah menjalankan proyek percontohan budidaya maggot di 10 kelurahan.
Wali Kota Depok, Supian Suri, mengatakan bahwa program ini masih dalam tahap uji efektivitas. “Saya ingin melihat terlebih dahulu efektivitasnya. Bagaimana skema implementasinya di lapangan, dan seberapa besar dampaknya dalam mengurangi sampah,” ujar Supian.
Dari sepuluh lokasi percontohan, Kelurahan Duren Seribu (Duser) muncul sebagai model yang paling berhasil. Wilayah ini mampu mengelola sampah organik secara mandiri tanpa perlu mengirimkannya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung.
“Ini bukti nyata. Warga di Duser berhasil menyelesaikan persoalan sampah di tingkat kelurahan. Ini yang ingin kita replikasi di wilayah lain,” tambah Supian dengan optimisme.
Kesuksesan Duser tak hanya menunjukkan efektivitas teknologi maggot, tetapi juga kekuatan kolaborasi antara warga dan pemerintah. Menurut Supian, kunci dari keberhasilan ini adalah pendekatan komunitas yang aktif dan gotong royong dalam pengelolaan sampah.
“Dengan model pengelolaan sampah berbasis komunitas seperti budidaya maggot, kita bisa membangun solusi jangka panjang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Jika proyek ini terbukti sukses dan mampu direplikasi secara luas, bukan tidak mungkin Kota Depok akan menjadi pionir dalam pengelolaan sampah berbasis maggot di Indonesia. Sebuah langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar bagi lingkungan dan masa depan kota.
Laporan: Agung
Editor: IJS