Harnas.id – Ketua Panitia Musyawarah Nasional (Munas) VI Hidayatullah, Marwan Mujahidin, menegaskan pentingnya membangun sinergi seluruh elemen bangsa dalam menyiapkan arah menuju Indonesia Emas 2045. Acara Munas VI Hidayatullah resmi dibuka di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, Selasa (21/10/2025), dengan mengangkat tema “Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Indonesia Emas 2045”.
Marwan mengatakan, tema tersebut merefleksikan semangat kebangsaan dan keislaman yang berpadu dalam visi besar membangun peradaban unggul berbasis nilai-nilai spiritual dan intelektual.
Ia menyampaikan bahwa Munas VI Hidayatullah bukan sekadar forum internal organisasi, melainkan momentum strategis untuk meneguhkan peran umat Islam dalam menyiapkan arah kebijakan dan kontribusi nyata bagi bangsa.
“Munas ini kami tempatkan sebagai ruang sinergi, bukan hanya bagi kader Hidayatullah, tetapi juga bagi seluruh anak bangsa yang memiliki kepedulian terhadap masa depan Indonesia. Sinergi inilah yang akan menjadi energi moral untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” ujar Marwan.
Ia menjelaskan, sinergi yang dimaksud tidak sebatas kerja sama formal antarinstansi, tetapi mencakup harmoni visi dan nilai di antara elemen masyarakat, pemerintah, dunia pendidikan, serta sektor ekonomi. Dalam kerangka itu, Hidayatullah menekankan pentingnya membangun peradaban yang berakar pada iman, ilmu, dan amal sebagai fondasi utama kemajuan bangsa.
“Indonesia tidak cukup hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga harus tumbuh secara moral dan spiritual. Kita butuh arah pembangunan yang memanusiakan manusia dan berorientasi pada kemaslahatan,” tambahnya.
Marwan menilai bahwa menjelang satu abad kemerdekaan, bangsa Indonesia menghadapi tantangan besar berupa disrupsi teknologi, polarisasi sosial, dan krisis moral. Dalam situasi tersebut, peran organisasi Islam menjadi sangat vital dalam memperkuat ketahanan ideologis bangsa.
Melalui Munas VI, Hidayatullah berkomitmen menghadirkan gagasan dan program yang memperkuat pendidikan, kemandirian ekonomi, serta solidaritas sosial berbasis nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
“Kami ingin mengonsolidasikan potensi umat agar tidak hanya menjadi penonton dalam sejarah, tetapi menjadi pelaku utama dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan,” tegasnya.
Marwan menegaskan, gagasan sinergi yang diangkat Hidayatullah sejalan dengan konsep pembangunan inklusif yang menempatkan masyarakat sebagai subjek perubahan. Pendekatan ini menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, terutama dalam menghadapi transformasi digital dan tantangan globalisasi.
Dia menegaskan, Indonesia Emas 2045 tidak hanya ditentukan oleh kemajuan infrastruktur atau ekonomi, tetapi oleh kualitas sumber daya manusia yang beriman, bertakwa, berkarakter, beretika, dan berdaya saing global. Hal ini, terangnya, menjadi titik temu antara visi Islam sebagai agama peradaban dan misi kebangsaan yang berorientasi pada keadilan sosial dan kesejahteraan bersama.
“Munas VI Hidayatullah sebagai forum nasional yang memadukan spiritualitas Islam dengan rasionalitas modern. Melalui forum ini, Hidayatullah berupaya merumuskan langkah strategis bagi umat dalam menghadapi era baru,” katanya.
Selain memperkuat konsolidasi internal, Munas VI juga diharapkan menjadi panggung dialog kebangsaan. Hidayatullah membuka ruang keterlibatan tokoh lintas profesi, akademisi, dan pemimpin muda untuk bersama-sama membicarakan arah Indonesia ke depan. Dalam pandangan Marwan, spirit kolaborasi ini merupakan bentuk nyata dari dakwah yang konstruktif, yang menempatkan Islam sebagai sumber solusi bagi persoalan bangsa.
“Kita ingin menunjukkan bahwa Islam bukan sekadar pernyataan, tetapi bagaimana Islam menjadi paradigma pembangunan yang menebarkan rahmat bagi seluruh manusia,” jelasnya.
Semangat kontributif ini, jelas Marwan, memiliki relevansi yang kuat dalam konteks geopolitik dan sosial Indonesia saat ini. Ketika dunia tengah mengalami krisis kepercayaan terhadap nilai-nilai universal dan munculnya ekstremisme ekonomi serta ideologi, pendekatan yang menekankan keseimbangan antara spiritualitas dan kemajuan menjadi kebutuhan mendesak.
Baca Juga: BPKH Perlu Diperkuat, Guru Besar FEB UIN Tegaskan Pentingnya Mandat dan Pengawasan Kelembagaan
“Tema Munas VI Hidayatullah secara substansial mengusung gagasan “spiritual progressivism”, yaitu kemajuan yang berakar pada nilai iman, berorientasi pada kesejahteraan, dan terbuka terhadap sinergi global. Dalam kerangka ini, umat Islam diharapkan menjadi aktor moral yang menuntun arah kemajuan bangsa,” tegasnya.
Marwan menyebutkan bahwa rangkaian kegiatan Munas diisi dengan sidang pleno, diskusi tematik, dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang mencerminkan semangat kolaboratif. Ia menambahkan seraya memohon doa semoga Munas VI ini berjalan lancar serta menghasilkan rekomendasi dan langkah konkret bagi kemajuan umat dan bangsa.
Baca Juga: Dedie Rachim dan 98 Wali Kota Tanam Pohon Pucuk Merah di Munas VII APEKSI Surabaya