
Harnas.id, JAKARTA – Sekretaris Jenderal World Zakat and Waqf Forum (WZWF), H.E. Datuk Dr. Ghazali Md, menegaskan perlunya arsitektur baru filantropi global untuk menjawab ketimpangan dan krisis kemanusiaan yang terus meningkat. Ia menilai Indonesia melalui BAZNAS RI memiliki posisi strategis dalam mendorong tata kelola filantropi yang lebih adil dan inklusif.
Datuk Ghazali menyebut dunia berada dalam kondisi rapuh akibat ketimpangan kekayaan ekstrem, konflik berkepanjangan, krisis iklim, dan meningkatnya kebutuhan kemanusiaan yang tidak mampu ditangani pemerintah. Kondisi tersebut, katanya, menuntut hadirnya “kompas moral” baru bagi umat manusia.
“Sepuluh persen orang terkaya menguasai 90 persen kekayaan dunia. Karena itu, dunia membutuhkan kerangka baru berbasis keadilan, solidaritas, dan kasih sayang,” ujar Datuk Ghazali dalam The 9th International Conference on Zakat (ICONZ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (11/12/2025).
Ia menegaskan zakat dan wakaf memiliki potensi besar sebagai solusi sistemik dalam isu kemanusiaan. Menurutnya, dua instrumen keuangan sosial ini kini diakui tidak hanya sebagai kewajiban agama, tetapi sebagai aset publik yang menopang pemerintah, komunitas, dan individu.
Datuk Ghazali turut menyoroti Indonesia dan Malaysia sebagai contoh modernisasi tata kelola zakat dan wakaf. Ia mengapresiasi langkah Indonesia yang dianggap memiliki model paling maju secara global, mulai dari kerangka hukum, transparansi laporan, hingga distribusi yang menjangkau desa terpencil dan wilayah rentan.
“Indonesia memiliki keunggulan karena adanya otoritas zakat nasional yang profesional melalui BAZNAS. Tidak semua negara punya privilese ini,” ujarnya.
Ia juga menilai kontribusi Indonesia dalam isu kemanusiaan global—termasuk dukungan untuk Palestina serta penanganan bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat—menjadi bukti nyata solidaritas nasional.
Ia menyoroti keberhasilan penyaluran bantuan pangan ke Gaza melalui Rafah pada 2025, serta bantuan tunai dan layanan psikososial bagi pengungsi Palestina sebagai tonggak penting.
“Ini menunjukkan bagaimana zakat dapat dimobilisasi untuk bantuan global secara efektif, bahkan di zona konflik berisiko tinggi,” katanya.
Dalam penutupnya, Datuk Ghazali menyerukan perlunya kepemimpinan global dalam membangun kembali peradaban yang berlandaskan kasih sayang dan keadilan. “Kasih sayang adalah warisan kita. Keadilan adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
ICONZ ke-9 diselenggarakan melalui kolaborasi BAZNAS RI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Kementerian Agama, serta didukung BSI, BSI Maslahat, Rumah Zakat, Transjakarta, INDEF, Universitas Tazkia, Universitas Paramadina, KNEKS, IAEI, dan Indiana University.
Editor: IJS









