Harnas.id, JAKARTA – Seruan aksi “Adili Jokowi” ramai disuarakan di berbagai kota besar di Indonesia, baik melalui aksi demonstrasi juga aksi vandalisme, seperti di Jakarta, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Malang dan Medan.
Alasan “Adili Jokowi” juga bermacam-macam, yakni merusak demokrasi, merusak konstitusi, bahkan telah merampas negeri ini, ada yang beralasan bahwa Jokowi banyak masalah, diantaranya masalah proyek strategis nasional yang mengutamakan kepentingan investor, dengan mengabaikan kepentingan publik.
Selain itu ada Massa aksi menyerukan beberapa tuntutan, antara lain mengusut tuntas kasus korupsi dan kolusi (KKN) yang diduga melibatkan Jokowi.
Kasus-kasus yang disebutkan termasuk BPMKS, korupsi Trans Jakarta, korupsi BMW, blok Medan, korupsi dana KONI, serta kasus bantuan sosial di Sritex dan penggunaan jet pribadi untuk liburan.
Sementara itu, seruan “Adili Jokowi” juga disampaikan oleh ahli digital forensik Rismon Hasiholan Sianipar yang gencar mempertanyakan keaslian ijazah milik Jokowi.
Dan tak hanya Jokowi, Rismon salah satu dari tokoh RRT bersama dengan pakar telematika Roy Suryo dan dokter sekaligus aktivis kesehatan Tifauzia Tyassuma, juga menyuarakan pemakzulan Gibran sebagai Wakil Presiden.
Ia mengklaim, ijazah milik Gibran tidak sah sekaligus menuding Jokowi telah memaksakan anaknya itu untuk maju sebagai wakil presiden mendampingi Presiden RI Prabowo Subianto.
Pria yang juga dikenal sebagai dosen di Universitas Mataram ini memaparkan lebih lanjut, alasan Gibran harus dicopot dari posisinya sebagai RI2.
Menurut Rismon, Gibran diduga memalsukan ijazah SMA.
“Makzulkan Gibran karena tidak pernah lulus SMA. Tidak pernah punya ijazah SMA,” papar Rismon kepada awak media saat berada di Solo, Senin (27/10/2025), dikutip dari TribunSolo.
“Hanya satu tahun di Orchid Park Secondary School, lalu kemudian melompat ke diploma dua tahun. Bagaimana mungkin kelas 1 SMA langsung ke diploma?” lanjutnya.
“Padahal di UTS InSearch untuk masuk ke diploma harus lulus SMA. Patut diduga dia memalsukan ijazah SMA untuk masuk ke diploma UTS InSearch,” sambungnya.
Data pendidikan Gibran yang dipakai untuk mendaftar sebagai calon wakil presiden RI (cawapres) pada Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 lalu dinilai janggal oleh Rismon, Roy, dan Dokter Tifa.
Terutama pada pendidikan menengah yang tercantum di Komisi Pemilihan Umum RI (KPU), yakni:
(setara SMA), Orchid Park Secondary School Singapore, tahun 2002-2004
(setara SMA), University of Technology Sydney (UTS) Insearch di Australia, tahun 2004-2007
(Sarjana atau S1), Management Development Institute of Singapore (MDIS), tahun 2007-2010
Program UTS Insearch di Australia yang ditempuh Gibran ini jadi polemik.
Rekan Rismon, Roy Suryo bilang, program tersebut lebih mirip kursus singkat yang berlangsung selama enam bulan, bukan seperti pendidikan formal setara Sekolah Menengah Atas (SMA) secara penuh.
Apalagi, program UTS Insearch yang ditempuh Gibran juga ditulis dengan periode tiga tahun.
Editor : Hdee










