Tiga Daerah Termiskin Ada Di Jawa Barat

BANDUNG, Harnas.id – Ditengah geliat pembangunan yang terus digeber, baik oleh pemerintah pusat maupun provinisi, namun nyatanya masih ada daerah di Jawa Barat yang dikategorikan sebagai daerah termiskin.

Merunut laman jabar.bps.go id yang dikutip pada Minggu (11/12/2022), setidaknya ada tiga daerah yang masuk kategori tersebut sesuai dengan data valid BPS berdasarkan presentase kemiskinan pada tahun 2021.

Pertama, ada  Kota Tasikmalaya. Menurut angka presentase kemiskinan yang diterbitkan BPS pada tahun 2021, Kota Tasikmalaya memiliki angka tertinggi. Tercatat presentase kemiskinan dari Kota Tasikmalaya mencapai 13,13 persen.

Angka tersebut naik sebanyak 0,16 persen daripada tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 Kota Tasikmalaya juga menempati posisi pertama daerah termiskin dengan presentase kemiskinan mencapai 12,97 persen.

Kemudian ada Kuningan dengan presentase kemiskinan di Kabupaten Kuningan lebih tinggi daripada Kabupaten Indramayu. Menurut data BPS tahun 2021 presentase kemiskinan Kabupaten Kuningan berada di angka 13,10%. Angka tersebut mengalami kenaikan daripada tahun 2020. Tercatat pada tahun 2020 angka kemiskinan Kabupaten Kuningan yaitu 12,82 persen.

Posisi ketiga diisi Indramayu. Kabupaten Indramayu masuk dalam urutan ketiga daerah termiskin di Jawa Barat. Menurut data BPS tahun 2021, presentase kemiskinan di Kabupaten Indramayu cukup tingfi dibandingkan daerah lain. Tercatat Kabupaten Indramayu memiliki presebtase angka kemiskinan mencapai 13,04%.

Sementara itu, mengutip data Bank Indonesia (BI), perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2022 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,68% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2022 yang tumbuh sebesar 5,61%.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut merupakan manifestasi dari kondisi perekonomian yang terus membaik pada triwulan II 2022 seiring dengan melandainya kasus covid-19, peningkatan aktivitas dan mobilisasi masyarakat akibat relaksasi aturan perjalanan salah satunya pada momen ramadhan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi bersumber dari komponen konsumsi rumah tangga dan ekspor. Peningkatan tinggi konsumsi rumah tangga ini menandakan bahwa telah terdapat perbaikan permintaan domestik sejalan dengan melandainya jumlah kasus pada triwulan II 2022 yang mendorong mobilisasi masyarakat.

Di sisi lain, ekspor juga masih tumbuh positif meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan I 2022. Moderasi ini disinyalir terjadi akibat telah mulai termaterealisasinya risiko tekanan global yang telah diprediksi sebelumnya.

Sedangkan, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan positif juga tercermin pada kinerja lapangan usaha yang menunjukkan kinerja cukup baik, terutama pada lapangan usaha utama, antara lain industri pengolahan, sektor transportasi & pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi & makanan minuman.

Hal ini didorong oleh tingginya permintaan terutama yang berasal dari domestik pada periode Ramadan dan HBKN Idulfitri. Adapun pelonggaran restriksi, termasuk diperbolehkannya mudik lebaran berhasil mendorong kinerja sektor perdagangan, transportasi serta sektor penyediaan akomodasi yang di tahun 2021 lalu tumbuh terbatas.

Anggaran belanja Jawa Barat sendiri pada tahun 2022 secara keseluruhan mencapai Rp169,6 triliun, turun 0,9% dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp169,81 triliun. Penurunan pagu anggaran tersebut disebabkan oleh penurunan APBD Provinsi Jawa Barat akibat adanya peralihan distribusi Dana Bantuan Operasional (BOS) yang langsung disalurkan ke Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pada 2022, anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat (APBD) mengalami surplus sebesar Rp2 triliun. Surplus ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan yang lebih tinggi dari peningkatan pengeluaran. Pada triwulan II 2022, realisasi belanja APBN di Jawa Barat mencapai 39,56% dari alokasi anggaran yang direncanakan.

Adapun realisasi belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap pagu anggaran mencapai Rp13,42 triliun atau 42,60%, secara persentase lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2021 yang mencapai 38,69% dari pagu anggaran.

 Hingga saat ini, inflasi Jawa Barat pada triwulan II 2022 tercatat sebesar 4,41% dan merupakan yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir, serta berada di atas rentang target nasional (3±1%).

Searah perbaikan ekonomi nasional, perekonomian Jawa Barat 2022 diperkirakan tumbuh pada rentang 4,7%-5,5%. Setelah mencatat kinerja menggembirakan pada triwulan II 2022 yang tumbuh 5,68%, tantangan risiko perlambatan ekonomi ke depan perlu diwaspadai, antara lain kinerja ekspor dan investasi yang berpotensi tumbuh lebih rendah, seiring menurunnya prospek ekonomi dan volume perdagangan global.

Namun demikian, masih terdapat optimisme kinerja perekonomian pada triwulan-triwulan mendatang yang diperkirakan masih tumbuh positif pada tingkat yang cukup tinggi. Kuatnya permintaan domestik perlu dijaga dengan akselerasi ekonomi melalui penguatan ekspansi fiskal daerah, dorongan realisasi investasi dan berlanjutnya pembangunan infrastruktur, serta keberlangsungan aktivitas lapangan usaha utama.

Tingginya inflasi patut diwaspadai bersama, dengan sinergitas dan kolaborasi untuk terus menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga, khususnya komoditas strategis yang diperlukan masyarakat. (*)