HARNAS.ID – Kepolisian Daerah (Polda) Papua mensinyalir Nabire dijadikan pintu masuk pengiriman senjata api dan amunisi untuk kelompok kriminal bersenjata (KKB). Dugaan itu diperkuat dengan ditangkapnya beberapa pelaku yang menjadi pemasok senjata api dan amunisi, termasuk yang dilakukan anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB) serta aparat keamanan.
“Penyelidikan masih terus berlangsung. Kami berharap ini bisa terungkap dengan menangkap para pihak yang terlibat,” kata Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw dikutip Antara, Rabu (6/1/2021).
Polda Papua terus berupaya menyelidiki jaringan pemasok senjata api dan amunisi karena saat ini sudah ditemukan asal Filipina yang dibawa dari Sanger Talaud, Sulawesi Utara. Menurut Kapolda Waterpauw, polisi akan bekerja sama dengan berbagai pihak guna mengungkap jaringan tersebut mengingat dari keterangan MS yang mengambil senpi dari Sanger, itu diterima dari penduduk Sanger RB.
“Dia seorang wanita yang sebelumnya sudah berkomunikasi dengan YZ warga Nabire yang saat ini masih dicari anggota,” ujarnya.
Semula, persenjataan yang dimiliki KKB lebih banyak berasal dari hasil rampasan dari aparat keamanan yang bertugas di pedalaman. Namun, saat ini mereka sudah ada para pihak yang memasok termasuk anggota KNPB yang bertugas mencari senpi dan amunisi. Jika sudah mendapat logistik baik itu senpi maupun amunisi maka akan dibawa ke Nabire untuk diserahkan ke orang yang sudah ditunjuk.
Nantinya orang tersebut akan meneruskannya ke KKB yang ada di sekitar wilayah itu. Dari Nabire sudah bisa jalan darat hingga ke Enarotali dan Timika serta Intan Jaya, walau belum semuanya bisadilalui menggunakan kendaraan bermotor. Bantuan masyarakat diharapkandengan berikan informasi mengingat sangat berbahaya karena dampaknya tidak saja kepada aparat keamanan tetapi juga warga sipil.
Selama 2020, tercatat 49 kasus penembakan 17 orang meninggal, 12 di antaranya warga sipil dan empat oanggota TNI serta satu anggota Polri. Selama 2021 diprediksi akan terjadi sejumlah gangguan kamtibmas oleh KKB dan kelompok kriminal politik (KKP) di beberapa wilayah, serta aksi mahasiswa eksodus dan aliansi mahasiswa Papua (AMP) yang menyuarakan Papua Merdeka di tempat mereka menuntut ilmu.
Editor: Ridwan Maulana