Harnas.id, Jakarta – Raksasa teknologi Amerika Serikat, Apple, akan berinvestasi di Indonesia dengan membangun pabrik AirTag di Batam senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,3 triliun. Perusahaan yang berbasis di Cupertino itu disebut telah membeli lahan untuk proyek tersebut.
Namun, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengklarifikasi bahwa investasi ini tidak dilakukan langsung oleh Apple, melainkan melalui vendor resmi yang ditunjuk untuk memproduksi AirTag.
Rosan menjelaskan bahwa skema investasi ini bukanlah hal baru bagi Apple. Di beberapa negara seperti India, Vietnam, dan Malaysia, Apple juga menggunakan vendor sebagai mitra produksi.
“Tetap mereka berkomitmen, konstruksinya akan segera berjalan. Yang berinvestasi bukan Apple langsung, tetapi vendornya,” ujar Rosan di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Jakarta Selatan, Jumat (31/1/2025).
Dalam satu produk iPhone saja, terdapat sekitar 320 vendor yang terlibat dalam rantai pasokan. Sebagai perbandingan, jumlah vendor Apple di Vietnam sudah mencapai 35 perusahaan.
Investasi ini diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Pabrik AirTag di Batam diproyeksikan akan menyerap lebih dari 2.000 tenaga kerja.
Selain itu, sekitar 65% produk yang diproduksi di pabrik ini akan berorientasi ekspor, yang berkontribusi pada peningkatan neraca perdagangan Indonesia.
“Pekerjanya diperkirakan mencapai 2.000 orang. Selain itu, karena 65% produk ditujukan untuk ekspor, ini akan berdampak positif pada ekspor Indonesia,” tambah Rosan.
Rosan optimistis bahwa investasi Apple di Indonesia akan terus bertumbuh dalam waktu yang relatif singkat. Dari US$ 1 miliar, nilai investasi ini diproyeksikan bisa meningkat hingga US$ 10 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
“Investasi ini akan meningkat dari US$ 1 miliar ke US$ 2 miliar, bahkan hingga US$ 10 miliar dalam waktu yang tidak lama,” tutup Rosan.
Masuknya investasi Apple ke Indonesia melalui pembangunan pabrik AirTag di Batam menunjukkan kepercayaan perusahaan global terhadap iklim investasi nasional. Langkah ini juga diharapkan dapat menarik perusahaan teknologi Amerika lainnya untuk menanamkan modal di Indonesia.