Ilustrasi unit bus yang dioperasikan dalam program pembelian layanan angkutan perkotaan atau “buy the service” (BTS) dengan nama "Teman Bus" di Bali | ANTARA FILES

HARNAS.ID – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatat program Buy The Service atau pembelian layanan angkutan perkotaan sudah mengangkut 1,27 juta penumpang per 15 November 2020. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menuturkan jumlah penumpang yang terangkut itu berasal dari layanan Buy The Service di empat kota yakni Solo, Palembang, Yogyakarta, dan Denpasar.

“Penumpang yang menggunakan layanan ini, Medan belum (dihitung) karena baru flag off, itu sekitar 1,2 juta penumpang,” katanya dalam webinar bertajuk “Prospek & Inovasi Untuk Angkutan Perkotaan Pada Masa Pandemi”, Rabu (18/11/2020).

Tingkat keterisian penumpang paling besar terdapat di Solo sebesar 46,2 persen, disusul Palembang 23,4 persen, lalu Yogyakarta dengan 21,43 persen, dan Denpasar 15,51 persen. Bali, dikutip Antara, lebih rendah karena memang karakter infrastrukturnya. Selain jaraknya pendek, masyarakat banyak yang masih tergantung pada sepeda motor.

“Tapi kalau nanti pariwisata mulai hidup lagi saya yakin di Bali akan lebih banyak dibanding rata-rata yang lainnya,” ujar Budi.

Skema Buy The Service merupakan sistem pembelian pelayanan oleh pemerintah kepada pihak operator angkutan umum agar layanan angkutan yang asal-asalan demi kejar setoran bisa dihilangkan. Program tersebut mulai beroperasi di Palembang1 Juni 2020 dengan tiga koridor, di Solo 2 Juli 2020 dengan dua koridor, di Bali 6 September 2020 dengan satu koridor.

Sedangkan di awal Oktober 2020 di Yogyakarta dengan tiga koridor dan di Medan yang baru diluncurkan pada November ini. Budi menuturkan, program Buy The Service yang kini sudah hadir di lima kota akan diperluas di enam kota lainnya pada 2021 mendatang. Pada 2020 sudah ada lima kota besar yang launching pembangunan dan 2021 sekitar enam kota besar lagi untuk dibangun.

“Ini juga kerja sama erat dengan konsultan dari beberapa negara yang beri bantuan evaluasi kajian dari kota-kota besar,” tuturnya.

Lantaran transportasi massal perkotaan merupakan public goods, pemerintah menyiapkan anggaran yang cukup besar dalam pengembangan Buy The Service agar masyarakat pindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Namun, karena program tersebut baru dimulai pertengahan 2020, belum mencapai tahap maksimal.

Begitu pula pendanaan Buy The Service yang masih ditanggung penuh pemerintah sehingga layanan masih gratis digunakan masyarakat. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pernah mengatakan bahwa Buy The Service memberi layanan masyarakat ke beberapa kota besar agar transportasi makin efisien, polusi udara bisa ditekan, sekaligus memberi layanan sehat.

“Itu karena masyarakat tidak tergantung dengan kendaraan pribadinya,” ujarnya.

Editor: Ridwan Maulana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini