Harnas.id, Tel Aviv – Untuk pertama kalinya, Israel menggunakan sistem pertahanan rudal canggih Amerika Serikat (AS), Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), guna mencegat rudal yang diduga berasal dari Yaman. Langkah ini dilakukan setelah sistem tersebut ditempatkan oleh Presiden AS Joe Biden pada Oktober 2024.
Sumber anonim yang mengetahui operasi ini mengungkapkan bahwa percobaan pencegatan rudal menggunakan THAAD berlangsung dalam 24 jam terakhir. Hasil keberhasilan operasi ini masih dalam tahap analisis. Pentagon belum memberikan komentar resmi terkait insiden ini.
Serangan Balasan Israel ke Yaman
Pada Kamis (26/12/2024), Israel meluncurkan serangan udara terhadap beberapa target yang terkait dengan gerakan Houthi di Yaman, termasuk Bandara Internasional Sanaa. Serangan ini dilaporkan menewaskan enam orang.
Kelompok Houthi, yang dikenal memiliki afiliasi dengan Iran, sebelumnya melancarkan serangan drone dan rudal ke Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Serangan ini semakin meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Sistem THAAD dan Pertahanan Udara Israel
THAAD, yang dibuat oleh Lockheed Martin, merupakan sistem pertahanan udara berlapis milik militer AS yang dirancang untuk mencegat ancaman rudal balistik di ketinggian tinggi. Sistem ini melengkapi pertahanan udara Israel, yang sudah memiliki teknologi tangguh seperti Iron Dome dan Arrow.
Meski demikian, sejumlah laporan menyebutkan bahwa rudal-rudal yang ditembakkan dari Yaman dan Lebanon berhasil menerobos sistem pertahanan udara Israel, memunculkan tantangan baru bagi negara tersebut dalam menghadapi ancaman lintas perbatasan.
Kehadiran sekitar 100 tentara AS bersama sistem THAAD di Israel menunjukkan dukungan strategis Washington terhadap sekutu utamanya di Timur Tengah, meskipun langkah ini juga menuai kritik dari berbagai pihak.