Terbang Aman, Aktifkan Kembali Pariwisata Indonesia

Check-in counter Garuda Indonesia di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta melayani calon penumpang dengan mengedepankan strandar protokol kesehatan. HARNAS.ID | A GENER WAKULU

HARNAS.ID – Pandemi global memberi dampak pada ekonomi global termasuk Indonesia. Salah satu yang terdampak adalah sektor pariwisata. Padahal sektor ini punya banyak stakeholder yang saling berkait. Sehingga, penting untuk secara berangsur-angsur memulihkan sektor pariwisata. Nah, dalam masa tatanan kenormalan baru ini, pemerintah berupaya secara bertahap mereaktivasi sektor pariwisata domestik. Caranya adalah dengan strategi khusus seperti mempromosikan kembali pariwisata Nusantara. Salah satu yang dianggap urgen adalah Bali, sebagai ikon pariwisata Indonesia.

“Makanya, bekerjasama dengan Garuda Indonesia, kami dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, khususnya Direktorat Pemasaran Pariwisata Regional I melakukan reaktivasi dengan mengundang media untuk melakukan perjalanan wisata ke Bali dalam tajuk ‘Kembali ke Bali’ sepanjang November ini,” jelas Vinsensus Jemadu, Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I.

Program ini sebenarnya juga ingin menjelaskan kepada publik bahwa sektor-sektor yang terkait dengan pariwisata seperti penerbangan, hotel, restoran, hingga venue wisata yang dikunjungi telah siap menerapkan protokol CHSE –singkatan dari Cleanliness, Health, Safety and Environment.

Sebelum memulai perjalanan, umpamanya, pihak Kemenparekraf sudah mewanti-wanti untuk melakukan Rapid Test menjelang keberangkatan. Dan ternyata hal itu vital dalam menegakkan protokol tersebut. Di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, begitu memasuki gedung terminal dan men-scan bagasi, yang pertama mesti dilakukan calon penumpang adalah melakukan validasi Rapit Test/KKP ke counter KKP pada hall Terminal 3 D.

Di situ sudah diatur jalur antrian untuk validasi Rapid Test/PCR yang ditangani tim KKP. Dari situ barulah kita bisa mendatangi check-in counter Garuda Indonesia.

Selain tiket dan kartu identitas, hal penting yang ditanyakan petugas counter adalah dokumen Rapid Test/PCR yang telah divalidasi. Petugas counter Garuda Indonesia juga menerapkan protokol CHSE sesuai standar. Di counter check-in Garuda Indonesia tersedia hand sanitizer agar calon penumpang bisa membersihkan tangannya. Petugas Garuda Indonesia yang melayani dengan ramah dan teliti, menggunakan masker, face shield hingga sarung tangan tipis.

Setelah mendapat boarding pass, maka calon penumpang lanjut mengikuti prosedur scan untuk diri dan barang kabin demi keamanan dan keselamatan penerbangan, barulah bisa memasuki ruang tunggu sembali menunggu panggilan boarding dengan tetap mengedepankan prinsip physical distancing.

Usai boarding dan berada di kabin pesawat, sebelumnya kami paham bahwa pesawat yang ditumpangi tidak bisa diisi penumpang dengan kapasitas penuh. Pertanyaannya, bagaimana cara mengaturnya di dalam kabin?

Begitu masuk, kami disambut awak kabin yang menggunakan pelindung diri seperti sarung tangan tipis dan masker. Lalu kami sadar bahwa ada penanda pada barisan kursi yang boleh diduduki dan yang tidak. Pada kursi yang boleh diduduki penumpang, kursinya mengenakan pelapis head restrain berwarna hijau tosca. Sementara untuk kursi yang tidak boleh diduduki mengenakan pelapis head restrain berwarna oranye dengan tulisan “Because You Matters”.

Jangan lupa, sirkulasi udara pada kabin Garuda Indonesia sebenarnya dilindungi oleh HEPA filter yang menyaring mikroorganisma. Demikian pula makanan di dalam pesawat. Awak kabin Garuda Indonesia dengan ramah menyajikan makanan yang semua itemnya dalam keadaan terbungkus aman dan rapih sehingga terjamin aspek higinesnya.

Itu untuk menegakkan protokol kesehatan untuk menjaga jarak. Garuda Indonesia tampak berusaha keras sesuai standarnya menjaga keselamatan dan kesehatan penumpang. Itu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan Garuda Indonesia: #TerbangAman.

“Saat ini Garuda Indonesia sudah dinobatkan sebagai salah satu maskapai penerbangan dunia dengan standar penerapan protokol kesehatan dan keamanan terbaik pada masa pandemi versi Safe Travel Barometer. Lembaga yang dimaksud adalah lembaga audit independen yang menilai aspek standar penerapan protokol kesehatan dan keamanan maskapai penerbangan global dalam pencegahan penyebaran COVID-19,” tambah Teguh Iman Budiyatno, Marketing Communications Garuda Indonesia.

Namun sebelumnya, kami diingatkan untuk mengunduh aplikasi eHAC dari Kementerian Kesehatan RI. Aplikasi eHAC adalah Indonesia Health Alert Card yang berfungsi mengontrol kondisi kesehatan orang dalam perjalanan. Setelah diunduh dan diinstal, kolom-kolom di dalam eHAC mesti kita isi. Utamanya adalah berkaitan dengan daerah asal dan tujuan. Bila sudah lengkap dan berhasil, aplikasi ini akan memberi kode, termasuk dengan memunculkan bar code. Saran kami, Ketika bar code muncul, lakukan screenshot. Di bandara tujuan kami, Ngurah Rai, Bali, bar code ini mesti diperlihatkan ke petugas yang akan merekamnya. Maka data perjalanan kita pun direkam ke jaringan eHAC Kementerian Kesehatan RI. Gunanya men-screenshot bar code agar bila ada gangguan sinyal internet di bandara tujuan, kita tetap bisa memperlihatkan bar code dari screenshot.

Perlu diketahui pula, pada aplikasi eHAC terdapat Panic Alert yang berfungsi menghubungkan kita dengan jaringan eHAC seandainya terjadi kasus kesehatan mendadak –yang utamanya ssat ini berkaitan dengan Pandemi COVID-19.

Kemudian, di Bali pun demikian. Semua prasarana yang berkaitan dengan akomodasi seperti hotel, transportasi darat lokal seperti bus wisata, restoran, dan venue wisata menerapkan protokol standar serupa. Saat menaiki bus, sopir bus dengan disiplin dan ramah akan menuangkan cairan hand sanitizer ke tangan kita. Di dalam bus pun posisi penumpang dibuat renggang. Dua kursi untuk satu orang.

Demikian pula kita masuk hotel, restoran, dan venue wisata, ada petugas yang mendeteksi suhu tubuh kita dengan thermal gun, lalu fasilitas cuci tangan, serta sebagai kawasan wajib mengenakan masker.

Intinya, bila merujuk ke protokol Kesehatan, Bali sebenarnya sudah siap untuk secara bertahap menerima kunjungan wisatawandengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

Karena sektor pariwisata punya banyak kaitan. Antara lain transportasi, akomodasi, restoran dan kuliner, industri souvenir, jasa-jasa pemandu wisata dan atraksi lainnya termasuk bidang kesenian. Jadi memang kelak secara bertahap, masyarakat Indonesia, bisa dipelopori oleh kelas menengah, mengunjungi kembali kawasan-kawasan wisata di Indonesia untuk menghidupkan kembali bukan saja pariwisata melainkan ekonomi di daerah kawasan wisata dan nasional. Cukup #DiIndonesiaAja.

Editor: A Gener Wakulu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini