HARNAS.ID – Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan frekuensi curah hujan cukup tinggi. Frekuensi sambaran petir cukup tinggi mencapai 40 sambaran/km2/tahun.
Latar belakang tersebut mendasari munculnya inovasi dari dosen dan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat Isolated Ground Shield Wire (IGSW) untuk melindungi tower transmisi dari sambaran petir, sehingga mengurangi kerugian PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan konsumen PLN.
IGSW juga dapat bersaing dengan produk impor dengan harga yang jauh lebih terjangkau dengan tingkat kandungan dalam negeri mencapai 70 persen.
Pemegang paten sekaligus inventor alat ini adalah dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB sekaligus Founder PT Tesla Daya Elektrika (TDE) Djoko Darwanto dan didukung oleh tim yang terdiri atas Gumilang Dewananta (CEO), Achmad Arbi (CTO), dan M. Fattah Aziiz (CFO).
Djoko menjelaskan, Ground Shield Wire (GSW) atau kawat tanah merupakan konduktor yang disertakan diatas saluran untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Permasalahan muncul ketika petir menyambar kawat tanah. Kondisi pemasangan saat ini, kawat tanah di satukan dengan konstruksi tower. Sehingga, ketika arus petir mengalir di kawat tanah, kenaikan tegangan juga akan terjadi di lengan tower. Kenaikan tegangan yang sangat tinggi mengakibatkan terjadinya back-flashover dari lengan tower ke kawat fasa.
“Prinsip utama dari IGSW adalah melindungi tower transmisi tegangan tinggi dari arus petir yang mengalir ke konstruksi tower, baik dari sambaran pada kawat tanah pelindung maupun dari sambaran langsung pada tower transmisi,” kata Djoko dikutip dari laman Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), Rabu (4/11/2020).
Hal tersebut dilakukan dengan cara memisahkan kawat tanah pelindung dan sistem pentanahan secara keseluruhan dari konstruksi tower. Konstruksi tower tidak akan mengalami kenaikan tegangan saat terjadi sambaran petir.
PT TDE dengan produk IGSW memperoleh pendanaan program startup (perusahaan pemula berbasis teknologi) pada tahun 2017. Selanjutnya, pada tahun 2019 memperoleh pendanaan scale-up (Perusahaan Lanjutan Berbasis Teknologi). Pendanaan itu memberikan akses modal yang lebih besar untuk PT TDE sehingga bisa menyelesaikan beberapa project dengan user. Hal ini terutama ketika mendapatkan pendanaan scale-up, PT TDE bisa menyelesaikan project pemasangan di beberapa wilayah seperti Bangka, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kupang, dan Cirebon.
PT TDE hingga akhir tahun 2019 mendapatkan revenue mencapai 16,7 Miliar rupiah. Sejak menjalankan bisnis dari tahun 2017 hingga 2020, sudah terpasang sebanyak 480 tower di seluruh Indonesia. Jumlah pemasangan sebanyak 400 pada tower tegangan tinggi. Selain itu, 80 pemasangan pada tower tegangan menengah.
Di tengah pandemic COVID-19, operasional PT TDE tak dimungkiri terganggu. Namun, kondisi ini disiasati dengan menjaga revenue setidaknya 25 persen dari revenue tahun 2019 supaya tetap surplus di masa pandemi. Saat ini, PT TDE sedang fokus untuk mengembangkan beberapa model bisnis untuk persiapan 2021 dengan harapan semakin kuat dan bertahan dalam kondisi apapun.
Editor: Aria Triyudha