Harnas.id, BOGOR – Di tengah era digital yang terus menggerus media cetak, seorang pria berusia 60 tahun bernama Maman, warga Kebon Pedes, Kota Bogor, tetap setia menjalani profesi yang telah digelutinya selama 35 tahun terakhir: menjadi loper koran.
Ayah dari empat anak yang semuanya telah menikah ini masih bangun dini hari setiap harinya, menata koran dan mengayuh sepeda menyusuri sudut-sudut kota untuk menawarkan berita cetak kepada siapa saja yang masih membutuhkan sentuhan kertas di pagi hari.
“Dulu saya jualan koran bisa sampai 45 eksemplar sehari, semua jenis koran, dari Kompas, Bola, sampai Poskota,” ujar Maman, mengenang masa kejayaan media cetak.
Maman memulai profesinya sejak era keemasan koran pada tahun 1980-an, ketika setiap pagi puluhan ribu eksemplar koran tersebar di seluruh sudut Kota Bogor. Saat itu, sekitar 500 loper koran bekerja aktif di Bogor, menyebarkan informasi dari tangan ke tangan.
Namun kini, angka itu menyusut drastis. Menurut Maman, hanya sekitar 50 orang saja yang masih bertahan sebagai loper koran di Kota Bogor. Sebagian besar telah menyerah, kalah oleh perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih memilih membaca berita lewat gawai.
Dulu, Maman biasa menjajakan koran di Stasiun Bogor, tempat yang ramai oleh penumpang kereta pagi. Kini, ia berpindah ke depan Toko Dunkin di kawasan Salak, tempat yang masih ramai meski tak seramai dulu. Ia berdiri dengan sabar, menawarkan koran kepada pejalan kaki dan pelanggan setia yang masih ingin mencium aroma khas kertas pagi hari.
Meski usianya tak lagi muda, semangat Maman tetap menyala. Baginya, menjadi loper bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga soal pengabdian pada profesi yang telah membesarkannya.
“Saya bangga jadi loper. Ini pekerjaan jujur. Walau sekarang makin sedikit yang beli, saya tetap jalani. Selama masih ada yang baca, saya akan terus jualan,” tuturnya tegas, dengan mata yang tetap menyimpan harapan.
Di tengah dunia yang bergerak cepat ke arah digital, kisah Maman menjadi pengingat akan ketekunan, kesetiaan, dan perjuangan kecil yang sering terlupakan. Ia adalah salah satu dari sedikit pejuang koran yang masih berdiri tegak di tengah arus perubahan zaman.
Editor: IJS