Aksi Hari Tani 2024: BEM IPB dan Petani Bogor Suarakan Tuntutan Agraria

Harnas.id, Bogor – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama para petani Bogor menggelar aksi simbolik untuk memperingati Hari Tani Nasional 2024, kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 24 September 2024.

Aksi ini diikuti oleh 150 orang yang terdiri dari mahasiswa dan petani, yang berlangsung di lingkungan kampus IPB, Dramaga, Bogor. Kegiatan ini bertujuan untuk menekankan pentingnya Hari Tani sekaligus menyuarakan aspirasi terkait isu agraria yang masih menjadi sorotan hingga saat ini.

Muhammad Abdan Rofi, Menteri Aksi dan Propaganda BEM KM IPB, menyampaikan bahwa Hari Tani tahun ini menjadi momentum advokasi bagi para petani di wilayah Bogor.

“Hari Tani adalah sebuah momentum penyadaran sekaligus pencerdasan kepada seluruh elemen masyarakat terkait kondisi agraria di Indonesia yang masih berada dalam status darurat,” ujar Abdan Rofi, Rabu (24/9).

Kegiatan dimulai pukul 16.00 WIB di area rumput Common Class Room (CCR) IPB. Di sana, mahasiswa dan petani menyampaikan orasi yang bertujuan untuk mengingatkan kembali realitas yang dihadapi para petani serta konflik agraria yang belum terselesaikan.

Selain orasi, acara tersebut juga menampilkan pembacaan puisi yang menggambarkan penderitaan dan perjuangan petani Indonesia dalam mempertahankan hak atas tanah mereka.

Sekitar pukul 17.30 WIB, setelah agenda di CCR selesai, para peserta aksi melakukan long march menuju Monumen Koin IPB. Dalam perjalanan, mereka menyuarakan orasi dengan semangat, mengangkat isu-isu agraria dan hak keadilan bagi petani.

Mahasiswa dan petani tampak kompak mengenakan topi caping, simbol ikonik petani Indonesia, sambil memegang singkong, yang melambangkan kesuburan tanah dan keberlanjutan pertanian.

Setibanya di Monumen Koin IPB, para demonstran duduk melingkar untuk mendengarkan orasi penutup dari perwakilan petani dan mahasiswa. Orasi tersebut menyoroti pentingnya pelaksanaan reforma agraria sejati, yang sesuai dengan amanat UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960.

” Mereka juga menegaskan kembali komitmen untuk memperjuangkan nasib petani yang dianggap semakin terpinggirkan oleh kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil,” katanya.

Suasana menjadi semakin khidmat ketika seluruh peserta aksi menyalakan lilin dan bersama-sama menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”. Lagu ini dinyanyikan dengan penuh semangat dan harapan agar tanah air Indonesia tetap menjadi lahan subur yang mampu menopang kehidupan para petani.

Laporan: Genta 

 

Sebagai penutup, mahasiswa dan petani membacakan pernyataan sikap yang memuat empat tuntutan utama kepada pemerintah, antara lain:

 

  1. Menjalankan reforma agraria sejati sesuai dengan UUD 1945 dan UUPA 1960, serta melakukan redistribusi tanah kepada petani.

  2. Mencabut regulasi anti-petani dan rakyat dalam Undang-Undang Cipta Kerja serta produk hukum turunannya, termasuk Bank Tanah, Food Estate, Proyek Strategis Nasional (PSN), Ibu Kota Negara (IKN), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), hingga Kesatuan Hidrologis Dasar Pesisir dan Karst (KHDPK).

  3. Mendesak pemerintah dan DPR segera menyusun dan mengesahkan RUU Reforma Agraria serta RUU Masyarakat Adat sebagai penguat cita-cita UUPA 1960.

  4. Menghentikan proyek food estate dan lebih mengutamakan pembangunan pedesaan berbasis pertanian pangan alami dan ekologis dalam kerangka reforma agraria sejati.

 

Aksi simbolik ini menegaskan pentingnya perbaikan sistem agraria dan memperkuat komitmen mahasiswa serta petani untuk terus berjuang demi keadilan agraria di Indonesia. Mereka berharap agar pemerintah segera merespons tuntutan tersebut demi masa depan pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan.