Harnas.id, BOGOR – Badan Wakaf Indonesia (BWI) menggandeng Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar program Wakaf Goes to Campus sebagai upaya mendorong wakaf menjadi instrumen strategis pembangunan berkelanjutan, khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
Kegiatan yang berlangsung pada Selasa, 16 Desember 2025, ini menegaskan peran perguruan tinggi sebagai ekosistem wakaf dalam memperluas akses pendidikan sekaligus memperkuat ekonomi keumatan.
Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Jamaluddin Jompa, mengatakan bahwa gerakan Wakaf Goes to Campus sejalan dengan gagasan inovatif Unhas dalam pengembangan ekonomi keumatan. Terlebih, Unhas telah memiliki program studi Ekonomi Islam, sehingga inisiatif wakaf dinilai sangat relevan untuk dikembangkan.
“Wakaf merupakan kekuatan besar umat yang seharusnya dapat menjadi penggerak di berbagai dimensi, tidak hanya ekonomi, tetapi juga sosial,” ujar Prof Jamaluddin dalam kegiatan yang berlangsung di Aula Baharuddin Lopa, Fakultas Hukum Unhas.
Ia menjelaskan, Unhas tengah mengkaji penggabungan konsep dana abadi dengan wakaf sebagai sebuah gerakan yang berkelanjutan dan berdampak langsung bagi masyarakat. Fokus utama wakaf tersebut adalah membantu calon mahasiswa yang memiliki keterbatasan ekonomi, namun memiliki potensi akademik dan semangat belajar yang tinggi.
“Anak-anak bangsa ini memiliki keinginan kuat untuk berkembang dan berkontribusi bagi Indonesia. Karena itu, Unhas membuka ruang seluas-luasnya,” ujarnya.
Prof Jamaluddin mengakui bahwa pemerintah telah menyediakan berbagai skema beasiswa seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP). Namun, khususnya di wilayah Indonesia Timur, masih banyak mahasiswa yang membutuhkan dukungan tambahan.
Oleh sebab itu, Unhas mendorong kolaborasi dengan BWI untuk membangun Gerakan Wakaf Unhas yang dirancang secara sistematis dan berkelanjutan.
“Kami berharap inisiatif ini menjadi formula baru dalam memperkuat ekosistem wakaf, tidak hanya di Unhas, tetapi juga di Indonesia Timur dan secara nasional,” tambahnya.
Ia menargetkan perumusan sistem wakaf Unhas dapat segera dirampungkan dalam waktu dekat, mengingat proses komunikasi dan penyusunan konsep telah berjalan sejak beberapa bulan lalu.
Sementara itu, Wakil Ketua BWI, KH Ahmad Zubaidi, berharap kampus dapat menjadi salah satu ekosistem wakaf yang mampu mempercepat penghimpunan harta benda wakaf, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara luas oleh dunia pendidikan.
Menurut Kiai Zubaidi, perguruan tinggi memiliki potensi besar dengan jumlah mahasiswa dan sivitas akademika yang luas. Potensi ini telah dimanfaatkan oleh sejumlah perguruan tinggi besar, termasuk PTN-BH, yang menitipkan dana abadi mereka melalui BWI.
“Dana tersebut dikelola oleh BWI, lalu manfaatnya dikembalikan kepada masing-masing kampus. Skema ini diharapkan dapat menjadi solusi atas persoalan biaya pendidikan yang semakin mahal,” jelasnya.
Ia menambahkan, wakaf yang dikelola secara profesional dapat membantu mahasiswa yang kesulitan membayar biaya pendidikan, sekaligus mendorong terwujudnya kesetaraan akses pendidikan.
“Kami terus melakukan roadshow ke berbagai kampus untuk mengajak membesarkan perwakafan melalui gerakan kampus berwakaf. Insya Allah, langkah ini akan memberikan kontribusi besar bagi penguatan wakaf di Indonesia,” ujarnya.
Program Wakaf Goes to Campus di Universitas Hasanuddin mengusung tema “Wakaf Sebagai Akselerator Pembangunan Berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia.”
Editor: IJS










