Bahlil Lahadalia: China Penanam Modal Terbesar di Indonesia

Foto: Istimewa

JAKARTA, Harnas.id –  Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkap, China sukses menggeser posisi Singapura sebagai penanam modal terbesar di Indonesia pada kuartal IV 2022.

“China kali ini di kuartal keempat terbesar. Tapi kalau kumulatif tetap Singapura,” kata Bahlil.

China banyak membangun dan terlibat dalam proyek-proyek besar di Indonesia pada era pemerintahan Jokowi. Proyek-proyek besar yang dibangun itu umumnya menggunakan skema kerja sama pemerintahan (G2G) atau kerja sama bisnis (B2B).

Tak pelak, investasi China di Indonesia pun semakin membesar. Jumlah investasi China pada kuartal IV 2022 tercatat mencatat USD3 miliar. Sementara investasi Singapura “hanya” USD2,7 miliar.

Investasi China memang terus mengalami kenaikan sejak 2013. Saat itu investasi Negeri Tirai Bambu cuma USD297 juta dan bertengger di posisi 12. Namun pada 2015 investasi China tercatat USD628 juta dan berada di posisi 9.

Pada 2022 China menempati posisi kedua sebagai investor terbesat di Indonesia dengan angka USD8,2 miliar. Posisi pertama ditempati Singapura dengan nilai USD13,3 miliar.

Banyaknya investasi China memang tak lepas dari sejumlah proyek raksasa yang dibangun mereka di Indonesia. Besarnya investasi China memang merupakan pertalian antara gerakan Belt and Road Initiative (BRI) yang digagas Xi Jinping sejak 2013 dengan keinginan pemerintah membangun infrastruktur.

China menyediakan anggaran hingga USD8 triliun untuk membangun jalur suterta modern, yang juga melintasi wilayah Indonesia. Sementara Indonesia membutuhkan dana ribuan triliun rupiah untuk membangun infrastruktur, yang pada periode 2014-2019 saja butuh Rp5.500 triliun.

Lantas poryek-proyek apa saja yang membuat investasi China di Indonesia menggelembung. Inilah lima di antara proyek kerja sama China dan Indonesia yang terbesar. Pertama, PLTA Sungai Kayan.

Pembangkit Listrik Tenaga Air Sungai Kayan dibangun di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Proyek yang membutuhkan waktu pembangunan selama 25 tahun ini menelan investasi sekitar USD17 miliar atau sekitar Rp255 triliun.

Rencananya tahun ini pembangunan konstruksi tahap I PLTA terbesar di ASEAN ini akan dimulai. Harapannya, tahun depan sudah bisa beroperasi.

Tahun-tahun berikutnya akan dibangun tahap II hingga tahap 5. Nantinya PLTA ini akan menghasilkan listrik sebesar 9.000 megawatt (MW) yang akan digunakan untuk kawasan industri di Kalimantan Utara, yakni KIPI Tanah Kuning, dan juga wilayah Kalimtan lainnya.

Proyek yang digarap oleh PT Kayan Hydro Energi (KHE) dengan Powerchina International Group Limited. Belakangan, PT KHE juga mengajak serta Sumitomo Corporation, perusahaan asal Jepang. Belum terungkap porsi investasi China dan Sumitomo di proyek ini.

Kedua, Kereta Cepat Jakarta Bandung. Ini poyek kerja sama China dan Indonesia yang paling ribet, sebab sarat dengan kotroversi dan polemik. Kontroversi itu sudah dimulai sejak groundbreaking oleh Presiden Jokowi pada Januari 2016.

Ignatius Jonan, Menteri Perhubungan saat itu, tak menghadiri groundbreaking proyek transportasi yang sejatinya masuk dalam wilayah tanggung jawabnya.  Kontroversi makin membuncah belakangan ini setelah pemerintah akhirnya mengubah keputusan sendiri.

Awalnya, proyek ini digagas murni gawean bisnis BUMN Indonesia dan China, alias tak menggunakan dana APBN.

Dalam perjalanannya, penyelesaian proyek kereta cepat yang berjalan lelet ini butuh anggaran yang lebih besar lagi. Ditargetkan kelar pada 2019, anggaran kereta cepat membengkak dari semula USD6,07 miliar atau Rp91 triliun (kurs Rp15.000) menjadi Rp112,5 triliun.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang bertanggung jawab atas proyek ini kehabisan duit. PT KCIC sendiri merupakan gabungan dari konsorsium Indonesia, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (60% saham), dan konsorsium Tiongkok, Beijing Yawan HSR Co Ltd (40% saham).

Konsorsium Indonesia terdiri dari empat perusahaan pelat merah, yaitu Wijaya Karya (38%), PT Perkebunan Nusantara VIII dan PT KAI masing-masing 25% saham.

Sisanya dipegang oleh Jasa Marga sebesar 12%. Pada Desmber 2022 pemerintah menerbitkan PP No. 64 Tahun 2022. Lewat beleid itu pemerintah menyuntikan dana APBN untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung sebesar Rp3,2 triliun.

Ketiga ada PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). IMIP mengelola kawasan industri berbasis nikel yang terintegrasi dengan produk utama berupa nikel, stainless steel, dan carbon steel yang berlokasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Kawasan Industri IMIP merupakan kerja sama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Steel Group dari China yang secara rill mulai dibangun pada 2014. Saat ini IMIP memiliki 11 smelter dan investasi yang dihabiskannya mencapai Rp235 triliun.

Keempat, PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) yang belum lama ini menjadi sorotan akibat bentrok pekerja lokal dan TKA China menamankan duitnya USD3 miliar atau Rp45 triliun.

Pabrik PT GNI yang diremikan Jokowi pada Desember 2021 dibangun di daerah Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

Pabrik itu dimiliki oleh perusahaan baja China, yakni Jiangsu Delong Nickel Industry Co. Ltd, perusahaan pertambangan nikel yang bergerak di bidang penambangan, peleburan, dan pemurnian nikel.

Terakhir, Waduk Jatigede. Waduk yang diresmikan pada 2015 ini memang investasi China yang dikandungnya tak terlalu besar. CEXIM-China hanya mengucurkan dana USD215,62 juta atau sekitar Rp3,23 triliun. Jumlah itu sekitar 46% dari total anggaran waduk yang mencapai Rp7 triliun (USD467 juta).

Meski demikian, Jatigede merupakan waduk terbesar yang pernah diresmikan di era Jokowi. Proyek ini sendiri sebenarnya dimulai pada 2008, di era pemerintahan SBY.

Waduk Jatigede Proyek yang digagas sejak era Presiden Soekarno ini mulai dialiri air pada 2015 lalu. Acara penggenangan air itu diresmikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.

“Saya ditugasi Pak Presiden Jokowi untuk meresmikan penggenangan hari ini,” kata Basuki di Bendungan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Senin (31/8/2015).

Waduk Jatigede menjadi waduk terbesar di Indonesia setelah Jatiluhur. Waduk itu dapat mengaliri 90.000 hektare khususnya wilayah Majalengka, Cirebon dan Indramayu.

Waduk Jatigede mempunyai luas mencapai 4.983 hektare. Selain untuk irigasi, Waduk Jatigede juga menjadi pembangkit listrik sumber tenaga PLTS 110 megawatt.(PB/*)