Kemenag Tetapkan 1 Syawal 1446 H Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

Petugas pemantau hilal menggunakan teleskop saat kegiatan Pemantauan Hilal di Laboratorium Astronomi dan Ilmu Falak MAN I Solo, Jawa Tengah, Senin (12/4/2021) | ANTARA FILES
Petugas pemantau hilal menggunakan teleskop saat kegiatan Pemantauan Hilal di Laboratorium Astronomi dan Ilmu Falak MAN I Solo, Jawa Tengah, Senin (12/4/2021) | ANTARA FILES

Harnas.id, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) menggelar sidang isbat untuk menetapkan awal Syawal 1446 Hijriyah di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag Jakarta, pada Sabtu (29/3/2025). Dalam konferensi pers setelah sidang, Menteri Agama (Menag) Prof. KH Nasaruddin Umar mengumumkan bahwa 1 Syawal 1446 H atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

Menag Nasaruddin menjelaskan bahwa posisi hilal di seluruh wilayah Indonesia masih berada di bawah ufuk, dengan ketinggian berkisar antara minus 3 derajat 15 menit 47 detik hingga minus 1 derajat 4 menit 37 detik. Sementara itu, sudut elongasi tercatat antara 1 derajat 12 menit 89 detik hingga 1 derajat 36 menit 38 detik. Dengan data tersebut, hilal belum memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

“Berdasarkan hisab, posisi hilal di Indonesia tidak memenuhi kriteria MABIMS dan tidak ada laporan rukyatul hilal yang berhasil melihat bulan. Oleh karena itu, disepakati bahwa 1 Syawal 1446 Hijriah jatuh pada Senin, 31 Maret 2025,” ujar Menag Nasaruddin.

Sidang isbat ini dihadiri oleh perwakilan organisasi Islam, duta besar negara sahabat, serta jajaran Kemenag. Sebelum sidang, digelar Seminar Sidang Isbat Syawal bertema “Antara Tradisi, Sains, dan Regulasi.” Seminar tersebut menghadirkan beberapa narasumber, di antaranya KH Julian Lukman dari PP Al Washliyah, KH Zufar Bawazir dari Al-Irsyad Al-Islamiyyah, H Sriyatin Shodiq dari Muhammadiyah, serta H Cecep Norwendaya dari Tim Hisab Rukyat Kemenag RI.

Dalam pemaparannya, Cecep menjelaskan bahwa secara astronomis, posisi hilal saat Maghrib pada 29 Maret 2025 masih berada di bawah ufuk, sehingga mustahil untuk diamati.

“Di seluruh wilayah Indonesia, posisi hilal pada 29 Ramadhan 1446 H (29 Maret 2025) masih di bawah ufuk. Dengan data yang ada, dapat disimpulkan bahwa hilal awal Syawal mustahil teramati,” jelas Cecep.

Kriteria baru MABIMS menetapkan bahwa hilal dapat teramati jika memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat. Namun, berdasarkan perhitungan, pada 29 Maret 2025 posisi bulan di Indonesia masih berkisar antara minus 3 derajat 15 menit 28 detik hingga minus 1 derajat 4 menit 34 detik, dengan sudut elongasi antara minus 1 derajat 36 menit 23 detik hingga 1 derajat 12 menit 53 detik.

“Dengan data ini, secara hisab, awal bulan Syawal diperkirakan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025,” pungkas Cecep.

Editor: IJS