Ilustrasi larangan mudik | IST

HARNAS.ID – Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Raden Pardede menyebut larangan mudik semata-mata bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat. Dia tidak ingin aktivitas mudik justru menyebabkan gelombang kasus baru virus corona itu.

“Ini dalam rangka melindungi kesehatan yang utama. Kalau kesehatan kita tidakterlindungi, bagaimana bicara ekonomi? Jadi kesehatan yang terlindungi tadi itu yang membangkitkan optimistis,” kata Raden Pardede, Jumat (23/4/2021).

Pemerintah akan melonggarkan kegiatan masyarakat ketika kasus COVID-19sudah bisa terkendali. Saat ini pun pemerintah terus mempercepat program vaksinasi, sehingga upaya pemulihan ekonomi nasional bisa tercapai.

“Tapi tetap dengan protokol kesehatan dulu untuk sementara waktu ini,” ujarnya.

Hingga 20 April, jumlah masyarakat yang telah menerima vaksin baik suntikan pertama dan kedua sebanyak 17,25 juta orang. Raden merinci, sebanyak 11,1 juta orang atau 27,6 persen masyarakat telah menerima vaksin COVID-19 untuk dosis pertama. 

Sementara untuk suntikan dosis kedua, jumlah penerimanya yakni 6,1 juta orang atau 15,2 persen dari total keseluruhan penerima vaksinasi. Jika target vaksinasi bisa optimal dan penyebaran COVID-19 bisa dikendalikan, Raden optimistis haltersebut bisa mendorong ekonomi kian membaik.

Managing Director IPSOS in Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, temuan yang paling menarik adalah optimisme masyarakat Indonesia mencapai 76persen bahwa ekonomi segera membaik. Indonesia mesti menjaga jangan sampai yang terjadi di negara lain serupa juga di Indonesia.

Pada Mei 2020, menurut Ato, sapaan Soeprapto, belanja masyarakat hanya untuk bahan masakan yang dibuat di rumah, obat-obatan pribadi, dan produk kebersihan. Namun di September 2020 juga masih cenderung sama.

Dengan optimisme yang mulai meningkat, belanja masyarakat juga mulai merambah ke travel atau jalan-jalan. Begitu juga restoran dan kafe, presentasi negatifnya semakin kecil yang menandakan masyarakat tidak berdiam diri di rumah.

“Kondisinya sudah jauh membaik,” ujar Soeprapto.

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak Soedjatmiko menyatakan, semua negara mengakui imunisasi itu aman dan bermanfaat untuk mencegah sakit berat, cacat, dan kematian. Oleh karena itu, negara-negara berusaha memberikan vaksin gratis kepada rakyatnya, supaya bayi balita anak hingga remaja terhindar dari kesakitan dan kematian.

Penyakit seperti difteri, campak, pneumonia, masih ada dan perlu ditekan penularannya. Sebelum pandemi COVID-19, banyak bayi yang terancam oleh penyakit tersebut, sementara sekarang seolah-olah penyakit tersebut berkurang.

“Sebenarnya apabila vaksinasi tidak dilakukan lengkap, terutama bagi bayi-bayi yang lahir sejak 2020, bisa berpotensi ada wabah baru selain COVID-19,” ujarnya.

Menurut Communication for Development Specialist UNICEF Rizky Ika Safitri, Indonesia telah melakukan survei di awal pandemi bersama Kementerian Kesehatan. Ada lebih dari 5.000 posyandu dan puskesmas yang sudah, mengaku mengalami gangguan seperti misalnya sebagian layanan imunisasi rutin terhenti.

“Orang tua juga khawatir membawa anak untuk diimunisasi karena di masa pandemi COVID-19 seperti ini,” tuturnya. 

Pekan imunisasi dunia yang digelar tiap pekan keempat bulan April menjadi momentum untuk mengingatkan kembali semua pihak baik pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya hal tersebut. Itu untuk mencegah kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit berbahaya yang sebenarnya bisa dicegah.

Editor: Ridwan Maulana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini