Harnas.id, Bogor – Usai gelar senam sehat bersama ratusan ibu-ibu di Lapangan Cowboy, Calon Wali Kota Bogor Rena Da Frina blusukan kunjungi pemukiman padat penduduk di Babakan Pendeuy, Kelurahan Baranangsiang, Kecamatan Bogor Timur pada Rabu (2/10/2024).
Cawalkot nomor urut 4 usungan PDI Perjuangan yang didukung Partai Hanura Kota Bogor ini menyusuri gang sempit didampingi tim pemenangannya.
Dalam kunjungan tersebut, Rena tampak mengenakan baju batik berwarna coklat, dan celana panjang hitam yang sederhana. Ia menyapa warga setempat sembari mendengarkan aspirasi di sana.
Rena pun sempat meluangkan waktu untuk berfoto bersama dengan para pendukungnya.
Salah seorang perempuan berkerudung diketahui menghampiri Rena dan menyampaikan keluhannya tentang sulitnya pendidikan di Kota Bogor.
“Ibu Rena, tolong di Kota Bogor ini warga diberi kemudahan nanti jika ibu terpilih. Karena, saat ini, tak sedikit warga tak mampu yang bernasib sama, ijazah anaknya yang lulus SMA ditahan karena belum lunasi SPP. Dampaknya, anak mau melamar kerja jadi kesulitan. Mau melunasi tebus ijazah, kemampuan ekonomi keluarga sulit,” tukas wanita paruh baya sampaikan curhatnya kepada Cawalkot Rena.
Merespon keluhan warga, Rena menjawab, ia bersama Cawawalkot Teddy Risandi sudah menyiapkan program yang berpihak pada masyarakat pra sejahtera. Sehingga, kelak jika terpilh, warga Kota Bogor tak harus memikirkan lagi kesulitan biaya pendidikan anaknya.
Rena juga menyapikan program pendidikan yang disebutnya sangat meringankan masyarakat kota hujan.
“Terkait pendidikan, jika kelak terpilih, keluhan pendidikan di Kota Bogor akan teringankan. Kami, menyiapkan program beasiswa yang akan diberikan, selain pendidikan murah yang terjangkau warga. Harapan kita, setiap rumah bisa memiliki satu sarjana sehingga nantinya bisa membantu keluarga dan meningkatkan taraf hidup kesejahteraan,” kata Rena.
Wanita yang pernah menjabat lurah, camat hingga Kadis PUPR Kota Bogor itu merinci program 100 hari menjabat kepala daerah jika nantinya mendapat amanat masyarakat Kota Bogor. Yakni, mentargetkan 400 sarjana, 40 magister, dan 40 doktor untuk mendorong peningkatan kompetensi akademik warga Bogor.
“Selain itu, juga meningkatan sarana pendidikan untuk menunjang proses belajar mengajar. Dan, menaikan insentif bulanan untuk guru agama, seperti guru ngaji, misalnya. Serta, kenaikan tunjangan guru sekitar Rp 1 juta per bulan. Demikian ibu-ibu. Jadi, hanya dengan kebersamaan para ibu-ibu dan bapak-bapak semua kita bisa melakukan perubahan yang lebih lagi yang berpihak pada rakyat,” tutur Rena.
Usai berdialog, Rena pun kembali berjalan kaki menyusuri gang sempit menyapa masyarakat di tempat berbeda.
Pantauan media online ini, warga terlihat antusias menyambut kedatangan Rena. Terbukti, banyak warga yang berebut berfoto bersama sembari menunjukan empat jarinya sebagai nomor urut paslon Rena – Teddy.
Bayu Baskara, salah satu pengurus PAC Bogor Timur PDI Perjuangan Kota Bogor yang ikut mendampingi menyampaikan ungkapan sukacitanya. Ia optimis, masalah pendidikan yang selama ini dirasakan banyak keluarga pra sejahtera nantinya bisa terjawab jika Rena-Teddy terpilih.
“Fakta menerangkan, selama dua periode kepemimpinan Bima Arya, SMP negeri tak pernah bertambah hanya 20 bangunan. Hanya baru jelang PPDB (Pendaftaran Peserta Didik Baru) tahun ini terbangun satu bangunan SMP negeri. Semestinya, SMP negeri dibangun di tiap kelurahan, tujuannya agar bisa menampung siswa tak mampu saat PPDB,” pendapatnya.
Tak hanya itu, Bayu juga mencatat ada banyak siswa dari keluarga pra sejahtera tak bisa menebus ijazah di sekolah swasta.
“Ini terjadi di dua periode kepempinan Bima Arya. Dan, ini fakta. Ada banyak siswa tak mampu ijazahnya masih ditahan sekolah swasta. Sejauh ini pun, belum pernah saya dengar pihak Pemkot Bogor melakukan pendataan dan membuat Kesimpulan sudah berarap siswa yang dibantu? Artinya, pemda mewakili negara absen membantu warganya. Lalu, selama 3 tahun siswa gakin sekolah jadi sisa-sia. Hanya karena predikat miskin. Ironis. Saya optimis, kelak Rena – Teddy jika terpilih akan memberi solusi dan tak terulang lagi cerita miris ini,” tuntasnya. (*)
Editor : Edwin S