Digitalisasi Politik Millenial Sebagai Pola Komunikasi Kampanye 2024

DEPOK, Harnas.id – BAKTI KOMINFO kembali bekerjasama dengan KOMISI 1 DPR RI untuk mengadakan acara webinar Seminar merajut nusantara, kali ini acara diadakan Kamis 6/04/2023 di studio atlantis edutech dan menghadirkan tiga narasumber yaitu, Anggota komisi 1 DPR RI, Rizky Natakusumah, DR. ROsarita Niken Widiastuti M.Si selaku Dewan Pengawas PFN, dan Asep Kambali selaku sejarawan.

Acara yang bertemakan “digitalisasi politik millenial sebagai pola komunikasi kampanye 2024” di ikuti oleh berbagai komunitas muda wilayah Kabupaten Lebak dan Pandeglang Banten.

Dalam acara tersebut,  Rizki Natakusumah menyampaikan, bahwa acara tersebut digelar dalam rangka silaturahmi dan mendengar aspirasi dari anak- anak muda, terkhusus wilayah Lebak dan Pandeglang Banten.

Sebagai salah satu anggota  DPR RI perwakilan  Banten, Rizki mengaku memiliki kewajiban untuk mendengarkan isu-isu yang disuarakan anak- anak muda di  Banten. Menurut dia, sebagai wakil rakyat perwakilan  Banten dirinya bisa menjembatani aspirasi masyarakat.

Disampaikan Rizki, sebagai wakil rakyat, pada perkembangan zaman para kaum Millenial dituntut untuk  memberi perubahan. Perubahan itu bisa berupa hal baik mapun hal buruk.

Tergantung bagaimana kaum milenialberperan aktif dalam dunia politik. Tahun 2023 menjadi momentum politik yang membutuhkan peran generasi milenial yang cakap media, tanggap, dan kreatif.

“Langkah-langkah strategis generasi milenial dalam mengisi pesta demokrasi dapat dilakukan dengan beragam cara, misalnya mendorong gerakan antigolput atau kampanye hashtag yang positif demi pilkada berkualitas. Generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat di berbagai kalangan, mulai dari segi pendidikan, teknologi, politik, maupun moral dan budayanya” tuturnya.

Sementara itu, DR. ROsarita Niken Widiastuti M.Si selaku Dewan Pengawas PFN mengatakan bahwa partisipasi politik generasi milenial tentu sangat berpengaruh karena dari persentase jumlah pemilih, generasi milenial menyumbang suara cukup banyak dalam keberlangsungan Pilkada 2024 ini.

Kepentingan elit politik yang secara langsung terlibat dalam penyelenggaraan aktivitas politik, lebih mementingkan kepentingan golongan dan terkesan menghambat keterlibatan pemuda/ milenial dengan ideologi yang dibawa.

“Dengan peran generasi milenial sebagai pemilih yang memiliki sumbangsih terhadap suara hasil pemilihan yang cukup besar, maka posisi generasi milenial menjadi sangat strategis” tukasnya.

Sebagai narasumber terakhir Asep Kambali selaku sejarawan memaparkan Menjadi catatan penting lantaran tren kepemimpinan milenial juga sedang naik daun. Apalagi, perilaku pemilih di indonesia memang menunjukkan figure identification (figure id) jauh lebih kuat ketimbang party identification (party id).

Selain itu, faktor efek ekor jas (coat-tail effect) membuat partai politik berlomba mencari figur (kandidat) yang potensial menang meski bukan dari kadernya sendiri. Sehingga impor figur ataupun caplok-mencaplok antarkader partai –seperti yang terjadi pada pilkada di tahun 2020 sebelumnya– akan kembali dilakukan sebagai usaha memenangi kompetisi pemilu.