Presiden Ngeluh Banyak Orang Indonesia Berobat ke Luar Negeri,Menkes Budi: Wajar!

Foto: Istimewa

JAKARTA, Harnas.id – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akhirnya buka suara terkait banyaknya warga Indonesia yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri, seperti yang dikeluhkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), beberapa waktu lalu.

Menurut Budi, pilihan warga untuk berobat ke luar negeri adalah hal yang wajar, sebab fasilitas yang tersedia di rumah sakit (RS) dalam negeri memang kurang. “Kalau ada kritik dan ada kenyataan begitu, itu kan masyarakat memang menderita dan kita dengar dan perbaiki diri, gak usah marah-marah,” ujar Budi dalam Public Hearing Rancangan Undang-Undang Kesehatan yang disiarkan melalui akun Youtube Kemenkes, Rabu (15/3/2023).

Lebih lanjut, Budi memaparkan, Budi memaparkan, ada tiga penyakit dengan risiko kematian tertinggi di Indonesia. Pertama adalah struk, kedua yaitu jantung dan ketiga yaitu kanker.

“Jantung, itu RS yang mampu pasang ring di 554 kabupaten kota cuma 44. gak sampai 10%. Jadi selama ini kita ngurus apa sih RS? Artinya gak bener dong. Hanya kurang 10% yang bisa memberikan layanan jantung dengan pembunuh paling besar di Indonesia,” paparnya.

Hal yang sama juga terjadi pada penyakit kanker. Budi menjelaskan, dalam diskusinya dengan pakar, langkah terpenting untuk penanganan penyakit ini adalah deteksi dini menggunakan mamografi. Hanya saja ketersediaan alat sangat kurang.

“Dari 3100 RS punya mamograf, ternyata 200 RS gak sampai 10%. Gimana mau deteksi. Pantas mati semua orang-orang itu. itu yang aku bilang gak pernah diurus 77 tahun Indonesia merdeka. Hal sesimple itu,” terang Budi.

Budi telah memutuskan akan menyiapkan alat tersebut, yakni pemasangan ring di setiap kabupaten dan kota dan radio terapi di 34 provinsi. “Kan gak usah marah-marah. Mendingan energinya dipakai untuk benerin,” tegas Budi.

Diberitakan sebelumnya, Indonesia krisis dokter. Sinyal itu diapungkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya saat peresmian Mayapada Hospital Bandung, Provinsi Jawa Barat, pada Senin (6/3/2023).

“Kita masih punya problem di dalam negeri, dokter spesialisnya masih kurang atau dokter yang punya subspesialis masih sangat kurang, saya sudah bisikin tadi ke Pak Menkes ini perlu diurus,” ujarnya.

Presiden menilai, selain mempunyai fasilitas fisik yang bagus, dengan adanya jumlah dokter spesialis maupun subspesialis yang mencukupi dapat menciptakan pelayanan kesehatan yang makin baik bagi masyakat.

“Alkes dan ruang fisik sudah banyak yang bagus, tapi juga banyak yang belum bagus, itu yang harus diperbaiki, sehingga pelayanan rumah sakit kepada masyarakat menjadi semakin baik,” paparnya.

Sebab menurut Jokowi, berdasarkan data yang diterima saat ini, hampir dua juta masyarakat Indonesia masih memilih untuk pergi berobat ke luar negeri. dimana, sebanyak 1 juta di antaranya pergi ke Malaysia, 750 ribu ke Singapura, dan sisanya ke Jepang, Amerika, Jerman, dan negara lain.

Menurut Jokowi, hal tersebut membuat devisa negara hilang. “Mau kita terus-teruskan? Rp165 triliun devisa kita hilang gara-gara itu. Karena ada modal keluar, capital outflow,” kata Jokowi.

Untuk itu, Kepala Negara meminta kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk menambah dan mempermudah pendidikan dokter spesialis. “Nanti saya sampaikan ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga untuk pendidikan dokter spesialis agar dibanyakin dan dimudahkan,” ucap Presiden. (PB/*)