Ilustrasi kader kesehatan memeriksa balita terkait upaya mencegah stunting | ANTARA

HARNAS.ID – Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) berkolaborasi dengan dokter Puskesmas Kebayoran Baru memberikan pembinaan berupa pelatihan pencegahan stunting atau gagal tumbuh pada balita kepada 30 kader kesehatan di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

Pelatihan ini dilakukan secara virtual menitikberatkan upaya mendeteksi anak yang mengalami stunting dengan alat peraga cakram gizi. Narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan yaitu Pengajar Departemen Gizi FKM UI Siti Arifah, Dokter Puskesmas Kebayoran Baru Dina Evariyana, Penggiat Promkes Puput Primasti, Ahli Pemberdayaan Masyarakat dan Pengajar Departemen PKIP FKM UI Adi Sasongko.

Menurut Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FKM UI Tiara Amelia, pelatihan tersebut krusial lantaran data tahun 2017 menunjukkan angka stunting di Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara.

“Sebesar 29,6 persen, dan Kepulauan Seribu menduduki posisi teratas untuk persentase stunting di DKI Jakarta, yakni 12,8 persen,” ujar Tiara dalam keterangan tertulis, Selasa (1/12/2020).

Sayangnya, kata Tiara menjelaskan, edukasi pencegahan stunting turut terdampak akibat pandemi COVID-19. Sebagai contoh, pelatihan bagi kader kesehatan terhambat akibat tidak bisa lagi dilakukan secara tatap muka. Itu sebabnya, Tiara dan tim berkolaborasi dengan Puskesmas Kebayoran Baru melakukan terobosan pelatihan virtual pencegahan stunting melalui penggunaan alat peraga cakram gizi yang telah dikirimkan melalui jasa kurir, seminggu sebelum pelatihan dimulai.

“Kader kesehatan memiliki peran sangat penting sebab mereka garda terdepan  menyentuh masyarakat, sehingga harus selalu dibina,” ujarnya.

Tiara menyebut, dampak stunting tidak langsung terlihat, melainkan berakibat buruk pada generasi muda bangsa, pada 10 hingga 15 tahun ke depan.

“Maka, meskipun pandemi COVID-19 tengah melanda, kami terus berkomitmen mengedukasi kader kesehatan di Pulau Panggang agar tetap mengawal masyarakat dalam mencegah stunting,” ucap Tiara menegaskan.

Para kader kesehatan terlibat penuh mulai dari sesi awal hingga akhir acara. Tiara mengungkapkan, berdasarkan evaluasi sebelum dan sesudah tes yang dilakukan kepada para peserta, menunjukkan peningkatan pengetahuan. Nilai rata-rata sebelum tes adalah 65, sedangkan setelah tes, meningkat menjadi 83.

“Pelatihan dengan pemaparan materi untuk dapat mengerti dan memahami mengenai pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan untuk pencegahan stunting dan dapat mendeteksi anak yang mengalami stunting. Pemanfaatan alat peraga Cakram Gizi membuat materi tersampaikan dengan baik, karena peserta langsung dapat mempraktikkan hal yang disampaikan oleh narasumber,” katanya.

Tiara mengharapkan, pelatihan dapat menjadi inspirasi bagi para pemangku kebijakan untuk melakukan pelatihan secara online kepada para kader di masa pandemi,

Salah seorang peserta pelatihan Halima mengatakan, lewat pelatihan, para kader kesehatan jadi mampu berkomunikasi lebih baik dan percaya diri saat berhadapan dengan para Ibu. “Kami memiliki tambahan ilmu untuk mendeteksi dan mencegah sedini mungkin balita dan anak yang mengalami stunting sehingga belum terlambat untuk dikoreksi pertumbuhan dan perkembangannya,” ujar Halima.

Setelah pelatihan selesai, Tim Pengabdian Masyarakat FKM UI juga tetap memantau para kader kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada para Ibu dengan menggunakan media promosi stunting. Pelatihan oleh Tim Pengabdian Masyarakat FKM UI diharapkan dapat menjadi kontribusi konkret dan solusi mendukung program pemerintah menurunkan angka stunting di Kepulauan Seribu.

Editor: Aria Triyudha

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini