Ilustrasi vaksinasi terhadap manusia | PIXABAY

HARNAS.ID – Vaksinator penyuntik Presiden Joko Widodo, Abdul Muthalib mengaku sedikit gemetar (grogi) saat menyuntikkan vaksin Sinovac ke orang nomor satu di Indonesia itu. Meski begitu, tidak ada halangan baginya dalam proses vaksinasi tersebut.

“Pertama saja gemetaran, tetapi tidak ada pendarahan sama sekali di bekas suntikannya,” kata Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Abdul Muthalib yang jadi vaksinator Presiden Jokowi di lingkungan Istana Merdeka Jakarta, Rabu (13/1/2021).

Abdul yang juga staf divisi Hematologi Ongkologi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo itu juga mengoleskan alkohol ke lengan kiri Jokowi sebelum menyuntikkan vaksin. Saat penyuntikan dia dibantu perawat dan semua dijalankan sesuai prosedur.

“Setelah saya suntik bapak tidak merasa sakit sedikitpun. Bapak komentarnya sampai ke dalam juga demikian,” ujarnya.

Setelah divaksin, Presiden Jokowi dikutip Antara, beralih ke meja empat untuk mendapatkan kartu tanda suntik pertama telah dilakukan. Selain orang nomor satu di Tanah Air itu, sejumlah tokoh lain turut menjalankan vaksinasi di Istana Merdeka.

Mereka yakni Ketua Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih, Sekjen Majelis Ulama Indonesia Amiesyah Tambunan, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Idham Azis serta selebriti Raffi Ahmad.

Pada sesi kedua penyuntikan dilakukan terhadap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Ketua Umum PB Persatuan Guru Republik Indonesia Unifah Risyidin, perwakilan dari Persatuan Gereja-gereja di Indonesia Ronal Tapilatu, KWI Agustinus Heri, PDHI I Nyoman Suarthanu, Permabudhi Partono Bhikkhu N M dan Matakin Peter Lesmana.

Sedangkan pada sesi ketiga Kepala BPOM Penny Kusumastuti, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani Perkasa, Sekjen Ikatan Bidan Indonesia Ade Zubaedah, perawat Nur Fauzah, apoteker Lusy Noviani, buruh Agustini Setiyorini dan perwakilan pedagang Narti.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelumnya memberikan izin penggunaan darurat atau “Emergency Use Authorization” (EUA) untuk vaksin COVID-19 produksi Sinovac, Senin (11/1/2021). EUA diberikan setelah BPOM mendapatkan data dari uji klinis tahap ketiga yang dilakukan di Bandung, Turki, dan Brazil.

BPOM menyebut data efikasi virus Sinovac berdasarkan uji klinis tahap ketiga di Bandung adalah sebesar 65,3 persen atau telah memenuhi ambang batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 50 persen. Sebelumnya hasil uji klinis tahap ketiga di Turki menunjukkan efikasi sebesar 91,25 persen dan di Brazil sebesar 78 persen.

Pada aspek keamanan pun dipastikan vaksin Sinovac tidak memiliki efek samping berat namun hanya ringan hingga sedang yaitu nyeri, iritasi, pembengkakan, serta efek samping sistemik berupa nyeri otot, kelelahan dan demam.

Sedangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jumat (8/1/2021) memastikan vaksin COVID-19 produksi Sinovac suci dan halal. Keputusan itu dihasilkan setelah diskusi panjang rapat komisi fatwa pasca mempelajari data vaksin Sinovac terkait penggunaan bahan-bahan yang sifatnya tidak halal.

Editor: Ridwan Maulana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini